KE PANGANDARAN AKU KEMBALI


KE PANGANDARAN AKU KEMBALI
(Kepada Cintaku Yang Sesungguhnya)
16-18-2018

Pangandaran “deui wae”....

Tahun kemarin sampai tiga kali ke sini, sekarang di awal tahun ini sudah kesini “deui wae”....!, ride to Pangandaran. BOSEN.....??

















...Bahkan “deudeuieun”...!.

Pantai pangandaran yang paling indah ini, sekarang sudah ada perubahan. Yang tadinya banyak berjejer pedagang informil di sepanjang pantai barat, sekarang sudah tidak ada lagi. Mereka sudah ditampung di dalam pasar-pasar yang permanen dan lokasinya tidak lagi ada diarea pantai. Sehingga wajah pantai Pangandaran kini sedikit “pangling”.


Barangkali jika dikelola oleh ahli penataan kota/urban design, ini akan lebih bagus lagi. Akan menjadi kawasan wisata yang jauh “cetar membahana”. Insya Allah.


Baru penataan sedemikian ini saja, pangandaran sudah indah apalagi kalau lebih komprehensif dan lebih profesional.Bukan apa-apa, hanya Rindu Jabar Juara saja.Mendambakan Jawa Barat yang mendunia (berkelas Internasional) lagi.



Itu bukan hanya mimpi, itu bukan hanya khayalan jika itu ditangani oleh yang sangat kompeten dalam bidangnya. Sudah terbukti di kota Bandung misalnya, kota yang dulu amburadul gak karu-karuan, sekarang sudah kembali resik rapih dan dicintai lagi. Alun-alunnya rapih, jalan dan trotoarnya rapih. Taman-taman yang terbangun, tertata dan dikelola (tidak ditelantarkan lagi) mempercantik kota Bandung yang berbunga-bunga kembali. Padahal kota Bandung dan kota lainnya sama, sama punya anggaran, sama punya APBD. Tetapi hasil penataandi kota Bandung sungguh berbeda. Ada terlihat hasil kerjanya, ada terlihat pembangunannya, dan itu berlangsung tiada hentinya sepanjang tahun dan dari tahun ke tahunnya. Berharap itu bisa menular dahsyat terhadap pembangunan dan kemajuan di provinsi Jawa Barat tercinta ini. Semuanya..aamiin
  

Pangandaran sungguh mempesona, sejauh ini sepengetahuan penulis Pangandaran inilah yang terindah diantara keindahan lainnya di Jawa Barat. Terutama kalau bicara soal pantai dan sungai. Mungkin saja ada lainnya yang sama indah, tapi disini sungguh sangat lengkap. Indah sekali.



Kali ini yang paling menarik bagi penulis adalah sunrise di pantai timur. Itu sungguh keajaiban alam yang mempesona. Dan di seberang pantai sana terlihat dari kejauhan secuil pantai yang ekslusif nampaknya cukup menggoda untuk dikunjungi suatu hari nanti. Kunjungan kali ini masih ada agenda lainnya yang sudah terencana jauh sebelumnya.



Disini kali ini penulis akan merasa cukup jika bisa mengexplore pantai timur saja. Ini sungguh tentu sudah berbeda jika dibanding beberapa puluh tahun yang lalu. Pastilah sudah berbeda.



Dulu juga pantai timur ini hanyalah pantai untuk nelayan atau paling tidak untuk perlombaan layangan. Namun sekarang sudah bukan itu saja. Sudah lebih tertata nampaknya.



Kembali ke masa sekarang. Pangandaran kepada cintaku yang sesungguhnya.


Pantai timur Pangandaran ini ternyata punya kelebihan lainnya, ada permainan banana boat dan semacam itu, juga ada kegiatan nelayan yang menangkap ikan itu, dan semakin kekiri keutara sana suasana pantai makin sepi dari pengunjung. Tetapi di sepanjang pantai timur ini juga menawarkan sesuatu yang menambah kawasan Pangandaran menjadi semakin lengkap Indahnya. Itulah mengapa dikatakan bahwa kabupaten Pangandaran ini tercipta untuk berwisata. Terima kasih Tuhan, kita ucap syukur alhamdulillah.



Body rafting at Citumang.
Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta. Jauh dimata, dekat dihati. Kadang ada Rindu yang menyelimuti, Rindu adalah kangen yang menderu. Ada rindu pertanda adanya cinta. Ada cinta pertanda ada kasih dan sayang. Engkau tak sanggup lagi bila harus berjauhan dari yang engkau cintai. Maka berdasar cinta itulah kebahagiaan akan melingkupi kehidupan kita. Cinta tanah air, cinta Pangandaran, cinta Jawa Barat dan cinta-cinta lainnya. Hanya orang yang penuh cintalah yang bisa berkorban dan berjuang demi apa yang dicintainya.


Jika engkau harus memilih, maka pilihlah mereka yang punya cinta. Sebab tanpa cinta, engkau akan ditinggalkan. Tanpa cinta bahkan engkau hanya akan dimanfaatkan. Aku hanya Rindu Jabar Juara ke-1. Rindu menjadi negeri yang gemah ripah loh jinawi, repeh rapih heunteu ripuh. Silih asih, silih asah, silih asuh. Itulah semboyan kita.
Bahwa ada Rindu pertanda ada cinta. Mari kita raih cinta bersama Rindu diantara kita. #Pangandaran i love you too....!


Menjelang siang ini, rencana kami selanjutnya adalah ber-body rafting di Citumang Valley. Dua tahun yang lalu aku sudah kesana, tapi sekarang tentu berbeda. Berbeda karena kali ini rencananya akan benar-benar turun ke sungai untuk menikmati alirannya, untuk merasakan sensasinya bermain-main dengan air yang hijau jernih nan mengalir deras. Air yang jauh dari puncak-puncak gunung mengalir kelembah Citumang menuju laut Pangandaran. Itulah Citumang.


Ada dua jalur masuk ke lokasi, disana tertera petujuk arah jika lurus itu ditulisnya Area Parkir 1, dan jika belok kanan itu ditulis Area Parkir 2. Lalu rombongan menuju ke lokasi parkir 2, tapi gak dikira ini ternyata masih cukup jauh mungkin sekira dua kilometeran.
Dari tempat ini, jalannya masih dibiarkan alami, itu yang aku harapkan. Kalau menuju tempat seperti ini memang cocoknya jalannya pun tetap alami biar terasa adventurnya. Kalau jalan mulus sih sudah biasa gak usah semua harus beraspal, gak usah semua harus berhotmik. Ingat itu.


Padahal aku pernah kesini, tapi rasa-rasanya aku masih belum hapal lokasi ini. Ini terlihat berbeda, ini mungkin bukan lokasi yang sama dari Citumang. Kok aku gak bisa mengingat Citumang yang dulu disini, diarea parkir ini. Ya mungkin, dulu kami di area parkir yang satunya lagi.


Persiapan untuk body rafting pun dimulai dengan berphoto bersama, satu tiga kali jepret. “Goorilla...!!”.....jepret lagi. Tunjuk ke arah kamera, jepret lagi. Sudah itu masuk lah melalui gerbang Citumang Valley ini, dan barulah kusadari ini lokasi yang sama seperti dua tahun yang lalu, ya ini memang Citumang “tea”. “Asa linglung tadi mah”.

Nyeker saja, hanya berpakaian kolor, baju dan rompi pelampung. Kami berjalan menyusuri jalan setapak menuju garis start. Sungai Citumangnya terlihat ada disisi kiri kami, kebetulan airnya sedang jernih walau debitnya gak sebanyak dua tahun lalu. Tak apa, ini masih tetap Citumang yang indah.


Sampailah kami di ujung lembah Citumang, ditempat terapi ikan dan tempat untuk kegiatan permainan “management team building” atau apa namanya. Disana masih begitu banyak antrian dari berbagai rombongan, maka sekali lagi kita akan berphoto....”goorilla...!!”, begitulah triknya supaya didapat hasil jepretan yang ekspresif. Sementara menunggu rombongan lainnya menuruni sungai itu menuju area start di mulut “guha”. Sungai Citumang ini memang berasal dari aliran sungai yang menembus bukit berbatu, sehingga membentuk suatu terowongan atau gua. Menurut penuturan guider, itu gua Citumang gak bisa disusur ke ujungnya sebab mata air nya muncul dari bawah, mungkin seperti leher angsa di toilet. Alur goanya turun dulu baru kemudian naik lagi menuju lembah Citumang ini, kurang lebih begitulah.


Dan memang guanya terlihat semakin mengecil, namun dalam dan juga semakin masuk ke dalam semakin gelap tentunya. Ngeri juga sih.

Dimuka gua ini, airnya berkumpul membentuk cerukan yang sangat dalam, entahlah mungkin 12 meter sih katanya. Atau berapa aku lupa. Dan di dinding guanya, dari atas sana adalah lokasi untuk jumping...terjun bebas. Wah itu cukup menantang adrenalin, aku akan mencobanya. Tapi ingat kalian harus teguh pendiriannya, sebab jika sudah berada diatas sana tak ada jalan keluar lainnya yang lebih aman selain dari terjun. Ada seorang peserta diatas sana yang nampaknya keburu ngeri, kalau dilihat dari bawah memang ini nampaknya biasa saja, tetapi jika sudah kau berada diatas sana...itu adalah “leuwang coy...”, hanya tujuh meter sih, tapi silahkan coba sendiri tapi jangan coba-coba kalau kurang nyalinya ya...?..he he.


Alhamdulillah tanpa menunggu beliau terjun, biarlah aku duluan. Satu, dua, tigaaa....aha aku masih belum tega....
Satuu, duaa, tigaa.....hmmm sekaranglah saatnya....akupun terjunlah............”omg” serasa hilang sebagian nafasku ini, “ngaleunyap coy....!!”, tubuhku mendahului rohku.......melayang itu rasanya begitu coy...!...ngeri-ngeri...maknyos.
Alhamdulillah selamat....!

Itulah mungkin ucapan selamat datang ala rafting Citumang. Segaaaaaar.....!

 
Track Citumang ini hanya 200 meteran. Kata pemandu. Senti meter demi senti meter kami susuri Citumang ini dengan perasaan yang menyenangkan semuanya. Ada satu seluncuran kecil, itu tepat dimuka gua, kemudian jalan sedikit menuju loncatan curug pertama. Mungkin satu meter setengah tingginya. Kami semua melompatinya....berenang lagi dengan cara mengambang, mengikuti arus sungai yang ternyata cukup besar. Mantaaap “deui wae”....!, kemudian menuju curug berikutnya....terjun dan kemudian berelantungan kepada tambang, menirukan cara tarzan atau gaya spiderman. Dua kali percobaan sudah cukup, kamipun lanjut kepada riak selanjutnya, menuju cerukan berikutnya, dan membentuk rangkaian kereta air berikutnya....mantap surantap, terasa itu semakin mempererat perkawanan kami semua....amazing serunya, bercanda sepanjang ceritanya....my trip is may adventure....cocoklah....!


Masuk ke rest area untuk ngopi atau lainnya. Gugur satu peserta karena kedinginan. Ya sudah sisanya masih terlalu sayang jika harus berhenti disini. Lanjuuut.....!

Cerukannya semakin panjang, dan ternyata ini adalah cerukan terakhir...ini adalah “leuwi” terakhir.
Ada satu area untuk lompat lagi, yaitu dari sebuah pohon yang sudah dipasangi tangga dari tali tambang. Itu tingginya 10-12 meter, tergantung dari dahan mana mengukurnya.


Beberapa meter didepan itulah garis finish nya...tapi rasanya ingin kembali ke belakang menikmati track Citumang ini beberapa kali lagi.

Hah....demikianlah cerita pandangan mata kali ini dari Citumang Valley...sampai jumpa di my trip berikutnya.....ciao.....!!!

Say no to drug, say no to illegal loging...!!, save the earth...!

Posting Komentar

0 Komentar