Firqah Wahabi

Wahabi menolak dirinya disebut sempalan.

Padahal sudah jelas bahwa wahabi adalah benar-benar kaum yang sempalan. Semua ulama jumhur sepakat itu. 

Bibit ajaran wahabi baru ada di abad 7 hijriyyah (ibnu Taimiyyah lahir sekitar tahun 661H/1263M). Sementara Ibnu Abdul Wahab sebagai pendiri sekte wahabi bahkan baru lahir di abad 12 H. Tahun 1115H/1703M. Baru 3 abad yang lalu, Sementara ajaran Islam sudah hadir sejak 14-15 abad yang lalu. Sekarang 2020M = tahun 1442H.

Kalau kata orang kita sih..."kemana aja lu selama ini....?!?". Baru muncul belakangan tapi ngakunya pengikut ulama terdahulu (ulama salaf), dan merasa menjadi yang paling benar. 

"Faham lu baru lahir kemarin sore dan terus menyalah-nyalahkan pula ulama yang ada. Lu ngaku berfaham salafi tapi disaat yang sama, faham lu justru bertentangan dengan madzhab ulama salaf...!!?. .ngelindur lu ya...?!"

Faham islam sempalan itu baru muncul oleh adanya gerakan ibnu Taimiyah dimasa mudanya. Dia yang beda sendiri dari jumhur ulama pada saat itu. Dia membid'ah-bid'ahkan amalan umat dan para ulama. 

Sekarangpun sama. Para pengikut ibnu Taimiyyah itu mereka beda sendiri. Muhammad bin Abdul Wahab pendiri wahabi juga beda sendiri...beda dari jumhur ulama pada zamannya. Di setiap zaman sampai detik ini.


Jumhur Ulama Dunia

Di Indonesia misalnya, yang jumhur/mayoritas itu adalah umat dan ulama yang berormas NU, Alwashliyyah dkk. Jelas umat dan ulama NU dkk adalah mayoritas di Indonesia. NU bahkan ormas Islam terbesar di dunia. Ada puluhan ribu kyai NU di Nusantara. 

Di luar negeri juga sama, umat dan ulama yang sejalan sepemikiran dengan NU sebagai ahlusunnah waljamaah juga menjadi mayoritas di banyak balad min bilaadil muslimin. Di Mesir yang dimotori ulama Al-Azhar, di Palestine, di Maroko, Tunisia, Aljazair, Yaman, Pakistan, Turki, Libanon, Irak, , Sudan, Libya, Suriah, dll. Hanya sebagian kecil yang dikuasai wahabi yaitu yang berada di kawasan Nejd antara lain arab saudi, dan negeri-negeri kecil boneka Inggris/yahudi lainnya seperti UEA, Bahrain, Qatar.

Hadist mengabarkan tentang ciri-cirinya kaum sempalan itu. Dan fakta zaman sekarang membuktikan kebenaran hadist tersebut.


Hoax berasal dari wahabi dan yahudi.

Ceramah wahabi bukan untuk amar ma'ruf nahyi munkar. Sebaliknya, ceramah wahabi justru nahyi ma'ruf dan amar munkar. Bahkan orang mengatakan bahwa dakwah wahabi adalah untuk memecah belah umat, buktinya isi ceramahnya hanya seputar nyalah-nyalahkan amalan umat. Umat jadi bertengkar dst. Sepertinya mereka panas jika umat islam itu banyak dzikirnya, banyak sholawatnya, dst.


Mayoritas amalaan umat islam, dibid'ahkan kaum wahabi. Nyaris umat islam sepertinya harus jadi sepi dari amal ibadah manduubah. Mesjid dibuat seperti kuburan, sepi tak boleh ada sholawatan, pupujian nadhoman dll, dan atau kalau tidak mesjid itu malah dijadikan wahabi seperti tempat menghujat...demo, provokasi...dst.

Orang wahabi suka membid'ah-bid'ahkan amalan umat Islam. Sholawat Nariyyah dilarang, Tibbilquluub dituduh bid'ah munkarah, dll. Dengan alasan susunannya bukan dari kata-kata Nabi SAW, dan alasan lain-lain.

Padahal yang kita ketahui, sholawat itu adalah sama merupakan untaian do'a juga. Untaian kata dan kalimat dari do'a itu bisa, boleh untuk berbeda-beda teks dan rupanya. Tidak harus sama persis seperti kalam yang biasa diucapkan oleh baginda Nabi Muhammad SAW. 

Teks do'a itu dimana-mana bebas. Asal sesuai dengan adab dan tata caranya. Kalau kita pahami dengan baik, Nabi mengisyaratkan kebolehan berdo'a, bersholawat sesuai kehendak/kebutuhan umat. Sehingga itulah yang menjadi dasar dan yang diamalkan para Sahabat, para ulama dan umat Islam pada umumnya. Pada saat penyambutan Nabi waktu datang ke kota Yatsrib misalnya. Umat tanpa diajari Nabi melantunkan sholawat badar. Dan Nabi tak melarang itu.

Kata-kata dalam do'a itu juga tergantung si pendo'anya. Dia menitikberatkan do'anya di soal apa itu kan setiap zaman dan ulama bisa beda-beda. Ada pengalaman yang berbeda dari yang dialami oleh para ulama selama hidupnya berdakwah atau bermasyarakat atau beramal ibadah, sehingga do'a nya (dlm hal ini untaian sholawatnya) bisa berbeda-beda. Juga karena ada kebutuhan atau tantangan masalah yang berbeda. Ingin sholawat yang titikberatnya do'a minta sehat, minta ampunan Allah, dst.


Dan Nabi SAW, nyuruh kita untuk mengikuti para ulama. Yaitu mengikuti ulama yang jumhur yang pasti mereka itu tidak akan berani membuat kemungkaran. Supaya kita hidup selamat dunia akhirat. Itu sabda Nabi kurang lebih seperti itu.


Ber-islam itu memang harus cerdas, harus menggunakan otak. La'allakum tursyiduun...la'allakum ta'qiluun. Qur'an mendorong umat islam untuk menggunakan akal dan menggunakan akal artinya supaya cerdas.

Afalaa ta'qiluun...mengapa tidakkah kalian berakal...?


#ypidea 2020

Posting Komentar

0 Komentar