Sahabat Tak Bermadzhab Sahabat Tak Kenal Imam Bukhari

Orang wahabi mengatakan "kenapa kalian bermadzhab...?!?."

"Apakah di zaman Nabi dan sahabat orang bermadzhab...?!?."

"Tentu tidak bukan...?".*

Iya yah, perkataan wahabi itu benar.


Sssssssssst, tunggu jangan keburu kesusu. Mari kita tanya balik....

"Kenapa anda suka menggunakan dalil yang shoheh...?!?."

"Kenapa kalian begitu mendewakan hadist shoheh Bukhari dan Muslim...??!."

"Apakah Nabi dan para sahabat juga hanya menggunakan hadist yang shoheh Muslim dan yang shiheh bukhari saja....?!?"

"Apa di zaman Nabi dan di zaman para sahabat ada yang namanya hadist Bukhari atau Muslim atau Tirmidji, Abu Dawud, An-Nasa'i, Ahmad Bin Hanbal, dll...?!?". **


Ayo jawab...!!
Ayo jawab......?!

Sudahlah, memang wahabi itu adalah ajaran baru. Itu fakta sejarah. Gak bisa berkelit. Ajaran wahabi itu baru muncul 7 abad yang lalu. Saat ibnu Taimiyyah yang suka membid'ah-bid'ahkan ilmunya para ulama. Setelah itu mereka tenggelam dan merebak lagi 4-5 abad kemudian saat munculnya muhammad bin abdul wahhab sang pendiri sekte wahabi, baru 3 abad yang lalu. Ini ajaran baru, berbeda dengan ajaran para ulama. Berbeda dengan ajaran sahabat, tabi'in dan tabi'ut tabi'in. 

Mereka seringkali menolak ikut bermadzhab yang 4. Tapi di saat yang sama mereka adalah pengikut paling setia (cenderung taqlid buta) dari sekte tertentu yang baru muncul kembali di 3 abad yang lalu. Yaitu taqlid kepada sekte wahabi.

Mereka menyalahkan yang lain karena ikut madzhab yang 4 (generasi awal Islam), tapi disisi lain mereka sendiri taqlid buta terhadap faham wahabi yang justru baru muncul 3 abad yang lalu.

Menuduh orang sebagai pelaku Bid'ah. Dan disaat yang sama mereka justru membuat ajaran yang bid'ah. Yang berbeda dari mayoritas para ulama terdahulu sampai ulama mutaakhiriin. 

Para ulama tabiin belajar/mencontoh para sahabat.

Para sahabat mencontoh ilmu, akhlak dan kearifan Nabi.

Para tabiut tabi'in mencontoh ulama tabi'in. 

Ulama tabi tabiut tabiin mencontoh ulama tabiut tabiin. Ulama tabinya tabi tabiut tabiin mencontoh ulama tabi tabiut tabiin.

Ulama di awal abad 5 ikuti dari ulama yang dari akhir abad 4. 

Terus bersambung. Dari zaman ke zaman. Dari guru-guru ke murid-murid. Hingga sampai ke pesantren-pesantren di Nusantara saat ini. Mereka tak terpisahkan. Mereka terhubung. Waris mewarisi ilmu, amal dan akhlak. 

Itulah yang kita sebut sebagai ahlisunnah waljamaah. Tersambung sepanjang zaman. Dijaga oleh Allah SWT. 

Bukan yang tadinya tak ada ajaran wahabi kemudian tiba-tiba ada ajaran wahabi di abad 12H. Dan gurunya adalah ibnu Taimiyah yang hidup di abad 6H, terpisah 6 abad lamanya. 

2x6 abad yang dianggap salah oleh mereka berdua. Hanya mereka berdua yang benar. Hanya pengikut mereka berdua yang benar. 

Masuk akal gak...?.  Jelas itu tak masuk akal dan juga bertentangan dengan petunjuk Rasulullah SAW tentang banyak hadist. 

Hadist tentang jaminan terbaik dari 3 generasi awal Islam. Hadist tentang keharusan kita ikuti jumhur ulama (ulama mayoritas yang kata Nabi mereka tidak akan bersekongkol dalam kesesatan). 

Dan juga sesuai sabda Nabi tentang fitnah 2 tanduk setan dari Nejd. Sesuai juga dengan hadist tentang penceramah muda kaum akhir zaman yang sesat menyesatkan.

Yang semua itu menunjukkan kesesatannya kaum wahabi.

Tak ada satu hal pun yang menunjukkan kebenaran ajaran wahabi itu. Semua sisinya adalah cela dan sesat.

Sesat dan tapi nyata adanya. Ya....karena semua hal berpasang-pasangan. Ada yang benar maka ada yang salah. Ada yang lurus maka ada yang bengkok. Ada yang sampai ada pula yang sesat.

Jadi disamping kita yang tidak sesat itu pasti akan ada yang sesat. Karena yang sesat itu memang harus ada untuk mengimbangi dari yang tidak sesat. Karena hukum alam yang selalu berpasang-pasangan. Karena selain ada Surga, ada juga Neraka.

Jangan heran. Tapi kita tetap tak boleh lengah dengan keberadaan kaum wahabi itu. Karena jika kita lengah bisa memunculkan keruksakan terhadap umat dan agama kita. 

Semoga mayoritas bangsa Indonesia bisa terjaga dari bahaya wahabi itu. Kalau semua sih kayaknya susah. 

Biarlah mereka berjuang untuk menyebarkan ajaran sesat mereka. Tapi wamakaruu...wamakarallah. insyaAllah perjuangan mereka itu hanya membuat rugi diri mereka sendiri.

Tugas kita adalah..perkokoh benteng ahlusunnah waljamaah. Perkuat dakwah agama dan lawan wahabi itu. Itu adalah jihad kita.

Wallahu a'lam bishawaab.

Wassalam

Bandung, 6 Desember 2020
#ypidea 2020


Silahkan baca tulisan lainnya :

Catatan kaki:
*Pertanyaan konyol. Ya iyalah para sahabat tak bermadzhab karena mereka tak butuh imam Madzhab. Karena ilmu mereka sudah didapat langsung dari Nabi. Dan sementara manusia baru mengenal madzhab itu setelah berakhirnya kurun para sahabat. Madzhab baru ada di era tabi'in (penerus sahabat) dan tabi'ut tabi'in (penerus tabi'in).
 
**maka kita tanya balik. Kenapa mereka menggunakan hadist Bukhari, Muslim dll. Padahal para sahabat tak menggunakan itu. Karena alasan yang sama....di zaman sahabat belum perlu ilmu hadist. Mereka sudah cukup mendapatkannya langsung dari Nabi. Dan sama, imam hadist baru ada di era tabi'in dan tabi'ut tabi'in, jadi gak mungkin para sahabat itu menggunakan hadist shoheh Bukhari atau Muslim dll.

Dengan demikian maka, bukan berarti bahwa hadist shaheh Bukhari Muslim dll itu buruk. Begitu juga. Tak berarti bahwa imam madzhab itu adalah buruk hanya karena tak ada di zaman Nabi dan para sahabat

Kita mengambil manfaat dari para imam hadist sebagaimana kita juga sangat bergantung dari imam madzhab. Merekalah pewaris agama yang pertama dan utama setelah berakhirnya era para Sahabat. Merekalah yang menjadi rujukan seluruh umat Islam yang hidup setelahnya kecuali para kaum wahabi yang memang tersesat dari kebenaran. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW..."Mereka membaca Qur'an sepertimu tapi bacaan mereka tak melebihi tenggorokan. Mereka sesat menyesatkan. Mereka keluar dari agama ini seperti anak panah yang melesat dari busurnya. Tak akan kembali".

Wahabi memang bebal. Betapapun sudah jelas kesesatan mereka. 

"Alaa innahum humul mufsiduuna walaakin laa yast'uruun". (QS. 2.12).

Artinya :
"Sesungguhnya merekalah yang membuat kerusakan. Akan tetapi mereka tak menyadarinya".

Posting Komentar

0 Komentar