Sebenarnya tak sengaja. Semua tak direncanakan, hanya ikuti saja naluri dijalanan. Kemana motor akan kita kemudikan, kemana saja asal bisa jalan-jalan karena diam dirumah terus juga lama-lama bosan.
Boleh jalan asal tetap jaga protokol kesehatan. Disaat pandemi corona ini, memang diatur untk 3M atau 5M. Menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan setiap setelah menyentuh benda asing.
Itulah upaya kita mencegah dari tertular covid-19 dan juga agar tidak menjadi penyebab penularan terhadap yang lain. Mengurangi segala potensi penyebaran corona.
Tahun ini, kembali kita dilarang mudik. Jangan pulang kampung dulu secara berkerumun atau rame-rame. Kerumunan itu adalah biang penyebaran covid yang paling besar. Contohnya di India, corona kembali mewabah karena masyarkatnya tidak taat aturan. Sungai gangga dipenuhi jutaan pengunjung, akibatnya kita tahu sendiri. Setiap hari ratusan ribu orang tertular corona. Dalam sehari ribuan meninggal, mayat bergeletakan di jalan, menunggu untuk acara pembakaran mayat.
Ribuan orang menangis, sesal sudah tak berguna. Semua sudah terlambat untuk ditangisi.
Indonesia jangan seperti India. Masyarakat jangan menganggap remeh pandemi corona ini. Bercerminlah dari negara lain. Jangan "mawa karep sorangan". Menyusahkan kita semua, memperumit keadaan. Taati saja aturan pemerintah karena semua itu demi kebaikan kita juga.
Ya keputusan pelarangan mudik ini tentu ada sisi negatifnya, yaitu kita tidak bisa mengunjungi orang tua dan kerabat di kampung. Tapi jika mudik ini tidak dilarang, sisi negatifnya justru lebih besar lagi.
Mudik bisa ditunda, tapi mencegah bahaya terhadap kesehatan dan nyawa tak bisa ditunda.
Itulah kondisi dunia saat ini. Pandemi bukan keinginan kita, pendemi murni kuasa Tuhan.
Kita harus tawakal dalam mensiasati adanya corona itu. Harus sabar, dan tetap berpikir secara logis realistis. Dunia sedang tidak seperti biasanya. Corona belum berakhir.
Berita tentang corona, pelarangan mudik, saat ini sedang hangat jadi perbincangan, debat kusir, debat delman. Masyarakat harus sadari kondisi yang demikian disaat seperti sekarang ini. Jangan "mawa karep sorangan". Jangan sok pintar, sok kritis, sok tahu. Pelajari dulu segala sesuatunya supaya paham. Cross chek, bandingkan pendapat satu dengan lainnya. Konfirmasi berdasar analisa yang ilmiah atau yang logis. Itu penting agar kita tidak menjadi penambah masalah.
Qul khairan au liyasmut. Teu ngartimah regepkeun heula. Ulah gampang kabawa sakaba-kaba. Sing calerdas, bisa menangkap pesan secara LOGIS. LOGIKA harus kuat. Pemahaman juga harus mantap. Jangan sampai salah paham.
Tentu lelah kita menyimak kondisi dunia medsos saat ini....seperti itu keadaannya. Ramai oleh silang pendapat yang tidak berkesudahan.
Sahut menyahut, balas membalas. Sok pintar...!!
......................................
.......................................
............
Pada akhirnya kita tentu jengah juga. Ini tak boleh dibiarkan. Kita harus ikut memberi penjelasan. Kadang emosi, kadang marah, malu atas semua kebodohan yang merajalela itu.
Ya. Bersikap lembut atau keras menjurus kasar, akhirnya kita perbuat. Ini butuh pecutan bukan sekedar "toelan" penggugah. Semoga kita semua bisa tersadarkan, bisa berpikir secara lebih LOGIS.
Tak terasa lewat Buah Batu, ke
Bojongsoang Siliwangi, ke Munjul, ke Jelekong-Cangkring dan sekitarnya, ke kota tua Dayeuhkolot. Ke Muhammad Toha, Cisirung Cangkuang, Cibaduyut, mutar ke bypass, ke Cigerelang, Tegallega, M. Ramdan, Karapitan, Sunda, Dipenogoro, Dago, Dago Atas, akhirnya kita putuskan keluar kota saja. Ke arah Dago Giri-Lembang.
Itulah rutenya.
.......................Dari suhu panas daerah kota tua di selatan Bandung, menuju Bandung utara yang lebih segar dan lebih adem.
Hanya jalan-jalan saja, ngabuburit gak jelas tujuan akhirnya.
Sesampai di Lembang, kita juga bingung mau kemana. Ke Maribaya tentu lebih dekat dari Dago Giri ini. Tapi mau kemana...?!.
Motor ini belum ganti oli. Muter-muter kota Lembang cari bengkel resmi, sulit ditemukan. Rupanya ada juga tapi hari Minggu ini tutup, 4 hari lagi lebaran mungkin alasannya.
Akhirnya cari lagi menuju arah Cikole Tangkuban Perahu. Juga tidak ada. Motorku sudah terasa grebed, mungkin olinya sudah berkurang banyak.
Tak ketemu bengkel, malah ketemu pos penjagaan anti mudik di sebelum Tanjakan Cikole. Putar balik, ganti arah tujuan.
Saya punya ide, ke puncak Eurad yang lagi viral. Pengen tahu seperti apa. Cireyod Cikareumbi.
Ya...itulah ngabuburit kita kali ini. Ke sana ke Puncak Eurad.
Rupanya aku kembali tersadar, betapa banyak tempat yang belum aku jelajahi, bahkan disekitar Bandung ini.
Dari jalan raya Lembang-Cikole ini, kalau dari arah Subang kita belok ke kiri ke Cikareumbi. Inilah baru pertama kita kesini. Ke Cikareumbi ini.
Jalan aspal kecil ke kampung, melewati perkampungan, yang membuka mata kita lebar-lebar. Bumi kita beraneka ragam.
Disini semakin jauh kita susuri, menuju ujung kampung, ke perkebunan warga. Pertanian sayur mayur, buah-buahan dll.
Aku tahu arah secara global. Itu berguna sebagai navigasi kita. Gak liat peta dulu. Cukup akai navigasi geografis, feeling yang berbicara, setiap persimpangan yang tak ada penunjuknya, disitulah gunanya pemahaman global tentang arah dan geografi.
Ilmu geografi berguna disini. Salah satu bidang ilmu yang kita sukai saat dulu masih smp dan slta. Peta bumi.
Pasti kesini. Kemungkinan terbesarnya pasti belok ke sini. Begitulah cara kita menjalankan motor kita. Kadang malas liat peta, karena itu artinya harus berhenti dulu, mengganggu ritme perjalanan kita. Ya. Terkecuali benar benar bleng, mau tak mau kita harus lihat peta dulu. Tapi kadang kita ingin menguji feeling kita dulu, sejauh mana keakuratannya.
Sejauh ini cukup masih akurat. Ya ini jalan yang benar yang menuju ke Puncak Eurad.
Oh rupanya cukup baik juga pemandangan disini. Landscapenya berupa lahan pertanian di dataran tinggi dengan udara yang juga cukup sejuk. Semakin naik kebukitnya, bertambah sejuk terutama di antara rimbunnya pepohonan oksigennya terasa benar.
Inilah nikmatnya udara dari hutan yang masih terjaga, yang masih tersisa sedikit ini.
Pertambahan populasi manusia tampak di perkebunan ini. Perambahan hutan adalah bukti ketidakseimbangan ekologi itu. Jumlah penduduk yang tumbuh terus, sementara lahan yang tersedia tidak bertambah. Luas dataran bumi bahkan disinyalir terus berkurang karena abrasi dan permukaan air laut yang naik akibat pemanasan global yang melelehkan es didua kutub bumi.
Pulau-pulau kecil tenggelam, dataran semakin gersang. Tinggal sedikit ini saja disini yang masih terlihat alami disini.
Hutan-hutan kita telah berganti jadi ladang pertanian sayuran. Nilai ekonomi praktis jadi pertimbangan, nilai ekologis dilupakan. Padahal ekologi yang baik menjadi prasyarat penting untuk kesinambungan alam ini, termasuk terhadap ketahanan ekonomi itu. Dalam jangka panjang, mikro maupun makro. Bergantung kepada lestari atau tidaknya alam kita ini.
Hutan tentu menjadi sangat penting bagi pembangunan yang berkelanjutan.
Tapi nyatanya, hutan-hutan disini tinggal secuil ini saja. Jadi...memang prihatin dan memang bisa menjadi bom waktu. Bisa meledak pada waktunya. Naudzubillahi min dzaalik kan.
Puncak Eurad dan sekitarnya adalah secuil dari hutan yang tersisa itu.
Tentu sedihlah, masa tidak sedih.
Tentu khawatirlah, masa tidak khawatir.
Disatu sisi aku merasa senang bisa jalan kesini. Disisi lain batinku seperti itu adanya, menyaksikan bukit-bukit begitu gundul, yang tafinya berupa hutan, sudah menjadi lahan perkebunan dan pertanian. Sedih fong, sedih lah.
Kita peduli dengan alam kita. Kita peduli dengan sekitar kita. Sesungguhnya alam itu pastinya bersedih, tak sehebat dulu, tak sesegar masa lalu.
Puncak Eurad ini taklah tinggi jika diukur dari Lembang, akan tetapi jika kita mengukurnya dari arah Subang, tentu puncak Eurad ini termasuk tinggi sekali. Pemandangan ke lembah diutara, terlihat cukup terjal kearah bawah. Menandakan puncak Eurad ini tempat yang tinggi makanya dinamai puncak, puncak Eurad.
Disekitar puncak Eurad ini pepohonan memang masih dibiarkan tumbuh tinggi, itu yang membuat tempat ini sejuk dan mantul (mantap betul).
Ada beberapa tempat kita istirahat, atau taman kecil yang dikelola sederhana. Ada juga kios untuk ngopi dll. Puncak Eurad telah membuka cakrawala kita kali ini. Indah juga, lumayan indah atau sangat penting bagi kita untuk mendapatkan oksigen yang lebih baik. Segar terasa di paru-paru kita, hmmm nikmat sekali.
Dari puncak itu kita lanjut mengikuti jalannya yang menurun mengikuti punggung atau pinggiran bukit. Ya, pemandangan lembah disana bisa terlihat juga disini, jauh ke utara pegunungan Lembang ini. Eurad, apa artinya ya...?. Kalau saya tebak sih itu adalah berasal dari bahasa Sunda yang arti bahasa Indonesianya sebagai tali jebakan untuk mendapatkan "nyangreud" hewan buruan. Sekilas sih seperti Eurod...itu adalah macan atau kucing hutan. Apakah disini masih ada macan....?. Gak tahulah ya.
Masih terus ikuti jalannya, tak jauh kita akan melihat ada perkampungan pertama disana, nama kampungnya adalah Desa Cupunagara. Mungkin kalau di Indonesiakan Negaracupu, atau negara kecil. Cupunagara tapi bukan Negara, Bukanagara. Ya Cupunagara Bukanagara. Dua nama yang ada disini. Tak jauh dari Cupunagara kita akan sampai di Bukanagara (Ya itu bukan negara tersendiri), itu hanya bagian dari Negara kita Indonesia. NKRI.
Touring itu memang kadang indah pada waktunya. Seringkali tanpa perencanaan sebelumnya. Hanya untuk refreshing saja. Melihat pemandangan alam yang mampu membuat perasaan segar dan menyehatkan.
Di Cupunagara ini terdapat perkebunan teh juga, bahkan ada pabrik teh juga, nama pabriknya sesuai nama daerah ini. Pabrik teh Bukanagara Desa Cupunagara. Cupunagara tapi memang Bukanagara. Ah kamumah suka betul saja. Cocoklogi, ilmu mencocok-cocokan.
Perkebunan teh memang selalu terasa sejuk, beda jika disana bukan perkebunan teh, udaranya lebih panas padahal bahkan dengan ketinggian yang sama. Mungkin daun teh itu mampu menyerap udara dingin lebih lama sehingga dari situ tersebar kesejukan kesekitarnya. Mantap betul.
Saya belum ngerti apakah benar Cupunagara itu Bukanagara...?. Atau tidak benar...?. Mungkin diantara saudara ada yang bisa memberi tahu saya kebenaran atau ketidak benarannya.
Ini adalah kampung yang sangat menenangkan perasaan kita, sepi dari hiruk pikuk kota. Teduh karena dikelilingi bukit yang menjulang tinggi yang terlihat masih rapat oleh pepohonan kayu yang alami dan semi alami. Juga lembah dibawahnya yang berupa hamparan perkebunan teh yang menghijau muda. Indah dipandang mata kita. Hah, segar sekali dibuatnya. Cupunagara Bukanagara. ya, betul.
Ini baru pertama kita kesini. Jika kita lanjut menyusuri jalan tersebut itu akan sampai ke kota Subang juga. Tepatnya ke daerah Kasomalang antara Jalan Cagak yang menuju Tanjungsiang dan Sumedang sana. Kita coba ingin susuri sejauh apa daerah disana.
Dari Gerbang utara Cupunagara kita masih terus melaju. Itu melewati perkebunan warga. Ada kebun tomat, sayuran, cabe rawit dll. Juga ada kebon jeruk peras. Yah alam disini memang hijau semua. Sejuk terasa dikulit kita. Apalagi demi air yang mengalir di selokan depan halaman rumah penduduk, secara itu adalah air yang jernih yang keluar langsung dari bawah tanahnya. Itu adalah mata air yang sudah jarang kita temukan di desa-desa yang lain. Mata air masih ada dipekarangan kampung disini. Luar biasa sekali bukan....?.
Anda mungkin gak percaya begitu saja dengan kejernihan air disini. Semoga air yang jernih itu memberi kita pemikiran yang jernih pula ya...?. aamiin.
Soloriding ini....buat teman-teman semua. Boleh teman main kemari. Ini baik untuk menyegarkan paru-paru kita loh....!
Kita lanjut, kondisi jalan memang bervariasi, beberapa mulus, beberapa ruksak dan becek. Itulah keadaan yang sebenarnya. Namun kita tetap lanjut, walaupun berkendara secara pelan saja. Ini bulan puasa, jangan kencang-kencang. Kita hemat energi sekarang. Jangan sampai terlalu kelelahan dan membuat "makruh" puasanya.
Melewati tapal batas, melewati kebun-kebun. Jalan rupanya semakin ruksah dibawah sana. Kali ini kita cukupkan sampai sini saja. Ini hanya untuk jalan-jalan ngabuburit saja niatnya. Jadi bukan untuk yang jauh-jauh, takut batal.
Jalan ruksak tentu akan membuat energi kita terkuras. Kita tahu dibawah sana jalan akankembali baik lagi sebab jalur ini memang sedang dalam proses pembangunan dari pemdaprov kang Emil gubernur kita. Hanya memang saat ini semua proyek jalan mulus terhenti. Hanya beberapa yang bisa diselesikan, mayoritas lainnya terhenti karena covid-19 tentu memakan biaya penanggulangan sosial, pengobatan pasien, pencegahan, kampanye kesehatan dst.
Kita sebenarnya mau lihat juga kesana, tapi kondisi saum tentu tak bisa disamakan. Nantilah insya Allah lain waktu kita kesana lagi. Sama seperti jalur Cikadu Cianjur selatan yang ke arah Ciwidey sana, terhenti pembangunannya.
Kita tentu mendo'akan semoga disemogakan dan tersemogakan. Semoga lancar jaya. aamiin.
Bisa kita lihat saat kang Emil blusukan memantau pembangunan jalan disana ada dibebarapa video singkat yang tersebar di media sosial.
Sudah lama memang kita berkeinginan kesini. Dan secara tidak sengaja, alhamdulillah bisa terlaksana hari ini, walaupun hanya baru bisa jalan sampai ke daerah Bukanagara ini. Bukan apa-apa, tapi yaitu takut batal kalau jalannya masih buruk begitu. Puasa kali ini memang terasa lebih berat. Sehingga kita harus pandai menggunakan energi yang ada. Itu strategi namanya....he he he.
Balik lagi tentu bukan pilihan baik, tapi itulah pilihan terbaik untuk saat ini. Dengan teori tersebut memberi tahu kita bahwa....sesuatu yang tidak baikpun bisa menjadi pilihan terbaik disaat-saat tertentu, tergantung faktor lain yang mempengaruhinya. Contoh larangan mudik tahun lalu dan tahun ini.
Larangan mudik itu bukan pilihan yang baik....tapi untuk keadaan pandemi covid-19 ini bisa jadi itulah pilihan terbaik. Pilihan terbaik dari sesuatu yang dianggap tidak baik.
Cupunagara ini adalah perbatasan Subang dan Lembang pedalaman, posisinya di arah timur dari jalur utama. Mungkin kedepan jalur Cupunagara ini akan menjadi jalur alternatif yang hidup apabila proses pembangunan jalan disana selesai sesuai harapan.
Tapi kita manusia hanya bisa berencana dan membuat program. Terbukti rencana manusia bisa gagal/tertunda jika sudah Allah yang menentukannya demikian. Semua kampanye politik pada dasarnya adalah rencana itu sendiri, yang bisa tercapai dan bisa juga tidak. Oleh karena itu kita memohon kepada Allah SWT agar proses pembangunan bangsa kita diberikan kelancaran dan kemudahan oleh Allah SWT. Dijauhkan dari mudharat dan marabahaya dan semoga kita menjadi bangsa dan masyarakat yang lebih sejahtera lagi, salah satunya berkat pembangunan sarana jalan, infrastruktur ekonomi mikro dan makro, dst.
Demikian saja kisah perjalanan kita kali ini. Semoga disemogakan dan tersemogakan semua cita-cita baik kita terkabul dan ada dalam keridhoan Allah SWT. aamiin
Cupunagara memang Bukanagara
Tamat, kalau dibalik tetap tamaT
Berikut cuplikan photo lainnya :
Indonesia Indah
#RumahKerjaRelawanIndonesia
0 Komentar