Pemimpin Matang Tak Emosional

Memimpin Negara haruslah pemimpin yang matang, yang tidak emosional karena emosi tanda tak mampu atasi persoalan. Contohnya pakde Jokowi, contohnya bung Karno. Mereka orang-orang yang bersemangat tapi tidak emosional.

Jika seorang pemimpin masih suka berlaku emosional, marah-marah karena menemukan kesalahan-kesalahan dilapangan atau dibawahan justru kita bertanya...bapak kemana saja...?!?, harusnya bapak buatkan sistem pemerintahan yang baik dst. 

Kita sering lihat ada pemerintah di daerah-daerah yang mencak-mencak, mata melotot memarahi stafnya, memarahi pegawai rendahan dst, bahkan memarahi orang-orang dijalanan hanya karena kemacetan dll. Itu sungguh bukan seorang pemimpin yang berkualitas. Pemimpin berkualitas itu akan menyelesaikan masalah dangan cara ilmiah, siapkan protapnya, siapkan SOPnya, siapkan sistemnya dst. Sehingga masalah diselesaikan secara arif, bijak, berwibawa, menyeluruh dan berkesinambungan yang diperbaiki sistemnya, diperbaiki reward dan punishmentnya secara lebih terukur dan modern.

Itulah sehingga misalnya di lingkungan pemprov Jabar tercipta sistem pengangkatan pejabat yang lebih terukur dst sejak pak Ridwan Kamil menjadi gubernur yang sehingga menjadikan Jabar juara umum Sistem MSDM ASN 2020, lebih baik dari seluruh provinsi di Indonesia dan bahkan lebih baik dari seluruh Instansi pemerintahan dan kementerian yang ada di Indonesia. Dengan mengembangkan digitalisasi Artificial Inteligent, dst.

Terobosan-terobosan dari kang Emil ini kemudian menjadi percontohan Nasional, dijiplak oleh daerah lain, dicontoh oleh lembaga pemerintahan Nasional dst. 

Konsep digitalisasi mengantarkan kang Emil mendapat penghargaan dibidang digitalisasi pemerintahan, konsep ini bahkan memupus konsep sebelumnya yang pernah digaungkan di era pak Ahok misalnya dengan sistem lelang Jabatannya dst. Lelang Jabatan itu mirip seperti orang yang putus asa dan tak tahu cara membuat proses, ingin potong kompas dst, dan juga masih membuka peluang jual beli jabatan dst, sementara dengan sistem digitalisasi penilaian ASN, para pegawai menjadi berlomba-lomba untuk lebih baik lagi dalam bekerja karena dengan demikian semua ASN berpeluang naik jabatan asal memiliki raport yang baik dst. Sehingga tercipta sistem yang sehat, kondusif, adil dan terbuka.

Sistem yang diterapkan oleh pemprov Jabar itu, kemudian tersebar keseluruh Indonesia dan kini daerah-daerah lainpun mulai mengikuti pemprov Jabar ini. 

Pak Ridwan Kamil sering mengatakan, "digitalisasi itu bukan lagi pilihan zaman, tapi sudah menjadi paksaan zaman. Siapa yang lambat mengikuti kemajuan zaman, maka mereka akan ditinggalkan oleh zaman".

Kurang lebih demikian.

Bandung, 8 Desember 2021


#NKRI
#Jokowi
#RidwanKamil
#RumahKita1ndonesia
#RumahKerjaRelawan1ndonesia
#RKR1 insyaAllah Juara

RK
Reputasi
Kapabel dan kredibel

Mahi
Mahir serta modern
Agamis tur amanah
Humanis sedikit humoris
Intelek, ilmiah dan ber-integritas.




Note:
Budaya Literasi, Kemauan banyak membaca, informasi yang utuh, budaya menulis, dst. Mencerdaskan kehidupan bangsa. Bangsa modern bangsa yang rajin membaca. Bangsa maju bangsa yang giat mebaca dan biasa menulis. Menulis itu butuh olah pikir, belajar menganalisa secara logis analitis, dst dan juga butuh banyak ilmu yaitu dari banyak membaca dll.

Saat ini, budaya baca di Jabar sama halnya Indonesia, masih rendah.
Menurut survei Central Connecticut State University mengenai Most Literate Nations in the World, Indonesia menempati peringkat ke-60 dari total 61 negara, persis di bawah Thailand dan di atas Botswana.
UNESCO juga pernah mengungkapkan bahwa persentase minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,01 persen. Artinya dari 10.000 orang Indonesia, hanya satu orang yang senang membaca.

Posting Komentar

0 Komentar