Ngeri memang. Virus ini masih juga belum lenyap dari sekitar kita.
Tapi Alhamdulillah, semalam ada berita bahwa Vaksin Sinovac untuk Covid-19 ini sudah datang di Indonesia secara bertahap. Baru 1.2 juta memang.
Ala kulli haal. Sekali lagi kita benar-benar bersyukur bahwa obat penangkal itu sudah ditemukan. Ya semoga wabah corona akan segera teratasi.
Kita ngeri-ngeri sedap soalnya. Sakit tenggorokan dikit langsung parno, paranoid. Takut jika kita terjangkit. Na'uzubillaahi min dzaalik. Semoga kita semua segera terbebas dari pandemi yang sudah terjadi setahun ini.
Kita jangan lupa. Apa hikmah dibalik wabah corona ini. Kita harus belajar dari setiap kejadian supaya kita menjadi tumbuh lebih baik lagi.
Beberapa hikmah yang mungkin kita dapatkan adalah sbb:
1. Meningkatkan keimanan kita. Manusia ini lemah. Tidak super. Sebab diserang virus yang tak terlihat itu, umat manusia bergelimpangan. Ribuan orang meninggal.
2. Umat manusia sedunia ini satu kesatuan utuh. Bukti akibat corona ini seluruh dunia terdampak. Semua bidang juga saling terkait dan sama terdampak. Ekonomi, politik, kesehatan, keamanan. Semua sama saling ketergantungan, saling pengaruh mempengaruhi.
Oleh karena itu, corona itu mengingatkan semua bangsa di dunia bahwa mereka adalah unity. Kesatuan antar bangsa. Satu bangsa sangat membutuhkan keberadaan bangsa-bangsa lainnya. Anda punya produk, anda perlu menjual produk tersebut ke banyak negara lainnya. Jika negara lain itu kesulitan secara ekonomi, produk anda jadi tidak laku....kurang laku.
Itulah mengapa pentingnya kita semua saling membantu antar bangsa-bangsa di dunia. Terbukti oleh pandemi covid-19 ini.
3. Manusia tak bisa sombong. Karena manusia itu lemah. Selama ini orang bisa kaya tiada lain hanya karena kemurahan Tuhan semata. Dan tiada lain karena peran orang orang lain.
Terbukti saat corona ini, orang-orang kena PHK, daya beli menurun. Para pedagangpun terkena imbasnya, penjualan jadi berkurang. Itu artinya kita gak bisa kaya jika orang lain miskin dan tak mampu membeli produk kita.
Maka dari itu kita tak bisa sombong. Kita itu sesama manusia saling membutuhkan. Sadar atau tak sadar. Langsung atau tak langsung, semua antar manusia dan antar bangsa saling terkait, saling mempengaruhi.
Makanya tak boleh satu bangsa bertepuk dada sendiri. Mereka tak ada apa-apanya jika mereka hidup sendiri.
Itulah tiga pesan yang kita dapat dari corona ini. Masih ada banyak pesan lain...silahkan tambahkan.
Beberapa hari ini penulis merasa parno karena ada beberapa gejala sakit yang terasa. Sakit tenggorokan terutama dan juga sariwawan mungkin karena panas dalam.
Semoga Tuhan menyembuhkan aku. Menyembuhkan kita semua. Aamiin ya Allah ya rabbal 'aalamiin.
Pagi ini kita mau pergi belanja dulu. Mau jualan baso seafood katanya. Dan juga mau beli sepatu (sepatu produk Cibaduyut kebanggan bangsa) karena sepatuku sudah robek di dua titik. Kalau rumah itu bagus ada ventilasinya. Tapi kalo sepatu berventilasi tentu sangat jelek dilihatnya.
Tapi, sudah sebulan ini kita berpisah, gak ketemu jagung rebus. Maka kita mau jagung rebus dulu tapi memang cukup jauh. Yang suka ada penjual jagung rebus itu adanya di Perkebunan teh Malabar sana.
Dari pangalengan kita lurus terus melewati pasar, kantor kecamatan dll. Sampai mentok di ujung jalan.
Yang ke kiri itu ke Pintu Santosa dan yang ke kanan itu pintu Wates.
Kita ambil yang Pintu Santosa. Sekira dua kilometer dari pintu itu kita akan temui satu perkampungan dan satu jembatan kecil..jembatan babakan. Disana ada mesjid besar, ada gor dan maju dikit kita bisa lihat ada sebuah lapangan Sepak bola di sisi sebelah kiri jalan.
Di depan lapang itu berderet pepohonan cemara yang berumur puluhan tahun.
Di bawah rerindangan pepohonan itulah ada penjual jagung rebus. Insya Allah selalu jualan.
Mungkin boleh dibilang itulah penjual rebus jagung yang paling konsisten di seputar Bandung Raya ini.
Kalau kalian "ngidam" jagung, pergilah kesana. Mau musim kemarau, musim hujan maupun musim pancaroba juga selalu jualan. Insya Allah.
Seperti kita pagi ini. Dari Cangkring kita lurus ke arah barat ke Baleendah, di tugu kita belok kanan lurus yang tembus menuju ke persimpangan jembatan Cimanuk sebelum Dayeuhkolot.
Dari situ kita ambil jalan alternatif yang menuju ke daerah Parung Halang, Cibadak, Ciodeng atau jalur yang ke Rancamanyar. Daerah itu kalau puncak musim hujan biasanya banjir dan harus naek perahu.
Jalan disana biasanya sepi karena jalan perkampungan.
Jam menunjukkan sekira pukul delapan pagi kita sudah di sekitar Gardu PLN Panasia. Ikuti jalan itu saja. Sampai ke pertigaan Pasar Rancamanyar.
Namun aku salah. Aku gak ngeh...atau salah mengira. Rupanya jalan itu pagi ini macet total. Ya aku baru ingat. Disini kalau pagi atau sore jam pulang kerja tentu jalan akan sangat macet. Jalannya kecil tapi rumah rumah banyak di sana. Ya akibatnya tentu macet total seperti itu.
Maka di persimpangan itu aku ambil belok yang ke kiri yang menuju ke arah Banjaran.
Paling males kalau jalan macet seperti itu. Tersiksa lahir bathin.
Jalan ini ke Paniisan, lurus terus ikuti jalan utamanya sampai ada persimpangan. Ke kiri tentu ke arah Pameungpeuk Banjaran dan kita ambil yang ke lurus melewati kampung Ranca Engang, ikuti saja jalan itu melewati SMPN 1 Pameungpeuk, ke kampung Bojong Kunci terus yang akan tembus ke desa Tanjungsari. Dari Rancaengang ke Rancatungku ke Jl. doton hingga mentok dipertigaan jalan Bojong Kunci. Kalau ke kanan itu ke Junti Girang tembus ke Gandasoli, sementara kita ambil yang ke kiri saja karena aku tahu kalau Junti itu aku pikir pasti ke Kopo.
Aku sih, sistemnya ikuti insting saja, pokoknya ikuti jalan yang ada, syukur-syukur nanti ketemu jalan yang aku hapal. Gitu saja rumusnya.....LoL.
Kita tentu ambil yang ke kiri karena kalau ke Kopo tentu akan jauh. Nanti kita melewati Floodway Cisangkuy-Citarum Bojong Kunci.
Nah di persimpangan Cireungit itulah baru aku ingat karena dulu pernah lewat situ sepulang Sunmori bareng anak CCB ke Cukul. Itu pasti ke arah Desa Tanjungsari....kalau ke kiri itu gak tahu kemana...nah kita ambil jalan yang satunya, agak ke kanan gitu. Dan benar saja kan...kita bisa baca itu adalah Tanjungsari gak jauh dari Banjaran.
Nah dari ujung Tanjungsari itu kita bertemu dengan jalan raya Banjaran-Soreang. Kita belok kiri melewati jembatan. Tak jauh disitu kita ambil jalan alternatif lagi yang melewati wahana waterboom yaitu daerah kp. Dangdeur. Ikuti saja jalan kecil itu nanti juga tembus ke jalan raya Banjaran-Pangalengan.
Ya..kita kembali jalan-jalan ke Pangalengan. Pengen Jagung Rebus.
Setelah aku lihat google........rupanya tadi kita muter-muter. Rupanya kita muter-muter loh di pedalaman sana antara Paniisan sampai ke Tanjungsari. Maklum orang tak kenal daerah. Padahal harusnya tadi jangan ambil jalan yang ke kanan yang ke SMPN 1 Pameungpeuk Rancaengang, tapi belok kiri untuk menyebrang sungai Cisangkuy, itu sudah masuk ke jalur utama Pameungpeuk Banjaran. Dasar saja orang tak tahu jalan...duuuh. Tapi itu memang jalan alternatif, jadi gak harus lewat pasar Banjaran yang biasanya cet macet. Ah tapi rupanya instingku gak salah juga. Kalau lihat peta...iya itu jalan yang benar.
Nanti kapan-kapan kita mau coba jalan yang dari Paniisan tadi ke Bojong Kunci tapi belok kanan yang ke Junti Girang. Kita ingin hapal daerah tersebut. Supaya kalau kesana tidak aprak-aprakan gak jelas.
................................................................................................ini mulai musim pete dan juga durian. Ada beberapa penjual di dekat Cikalong menuju Pangalengan itu. Pengen tapi kita lagi gak cukup uang untuk itu. Jadinya cuma bisa kabar-kabari saja siapa tahu kalian ngidam durian dan pete.
Seperti biasa jalan ke arah sana memang selalu saja ada pengunjungnya. Beberapa kendaraan sama menuju kesana. Ke Pangalengan memang terbilang salah satu jalan yang hidup dan penting.
Di Pangalengan sana adalah sentra pertanian, sayuran, dan juga peternakan Sapi Perah.
Susu produksi Pangalengan KPBS sudah terkenal di Bandung ini. Atau bahkan se Indonesia.
Dan Pangalengan juga adalah penghasil Kopi yang beberapa macam di Jawa Barat. Ada Kopi Malabar contohnya. Atau teh. Disana ada beberapa perkebunan teh; Cukul, Malabar, Kertasari Santosa, dan juga daerah Gunung Tilu Seribu Lembah. Hmmm istilah baru darimana itu...?
Di arah barat dari Cileunca yang melewati wisata Rahong, yang menuju ke Gambung itu disana ada perkebunan teh juga. Cukup indah tentunya...tepat di kaki Gunung Tilu Patuha.
Teh Pangalengan punya rasa dan aroma tersendiri. Kalian harus mencobanya. Disana banyak dijual kalian bisa beli di toko-toko atau di warung dan sentra oleh-oleh.
..................................................kembali ke laptop.
............................................................
Kita beli jagung. Hari tepat jam 10 sampai di pasar Pangalengan.
Cuaca hari ini sangat bagus. Cerah tapi tak panas. Udara cukup adem. Nyaman sekali.
Ada juga penjual Cilok atau Basreng Ikan. Kita mau jajan cilok dulu dan juga basreng. Lumayan buat ganjal perut sebelum menu utamanya...jagung rebus.
.................................................................................................ini sudah termasuk siang. Tapi karena mentari terasa hangat dan udara juga berhembus cukup sejuk. Maka jam 11 begini ini masih cukup nyaman untuk berjemur di pinggir lapang itu.
Kalau di Jakarta atau Bekasi, jam segini anda berjemur di matahari langsung. Pasti sudah gosong. Pasti keringat bercucuran. Kalau disini tidak. Disini masih seperti jam 7.30 di kota Bandung. Nyaman untuk berjemur.
...........................................beberapa pelanggan memang banyak yang datang kesana. Selalu saja ada pembelinya. Seperti yang kebetulan lewat situ atau yang sepulang olahraga bersepeda dll.
...........................................tiga bonggol sudah. Lumayan telah membuat kenyang juga.
Alhamdulillah.....jagung itu memang ajib rasanya....
......................
........................................
Itulah ciptaan Tuhan. Dinikmati kita tapi seringkali kita lupa bersyukur. Karena kalau saja Tuhan tak menciptakan aneka makanan itu...lalu kita mau makan apa...?!?.
..................semua bahan makanan adalah Ciptaan Tuhan.
.............jangan lupakan itu....!
............demikian saja jalan-jalan kita kali ini. Kita akan pulang karena hujan bisa saja turun tanpa kabar berita. Hari sudah terlihat redup...kita curiga dengan keadaan langit seperti itu.
....................................................kalau pulang biasanya kita akan ogah-ogahan. Tapi pulang dari Pangalengan tidaklah begitu. Sebabnya apa...?..........
Sebabnya adalah jalan.
Jalan itu buatan Belanda...sangat dibuat bagus untuk membawa kendaraan disana.
Kelokannnya itu seperti hasil pengukuran yang hati-hati.
Radiusnya, kemiringannya dll semuanya dibuat sebagus mungkin. Tidak asal jadi.
Sehingga itu menjadi salah satu jalan terbaik di Bandung Selatan.
Oh ya. Akhirnya kita sampai juga dibawah di Banjaran.
Kita ambil lewat jalan arah kiri ke Soreang. Belok di jalan pintas menuju Kopo karena kita mau ke Cibaduyut untuk beli Sepatu dan kemudian ke Ujung Berung untuk Baso Seafoodnya. Kita dzuhur di Mesjid yang berarsitektur tua seperti itu di pertigaan ujung jalan Gandasoli yang ke Kopo itu. Warung Lobak Gandasari.
Terima kasih
Sampai jumpa di kesempatan yang lain.
Wassalam
Bandung, 8 Desember 2020
Baca Juga :
3. Garsela (Garut Selatan)
4. Tahu Lembang
0 Komentar