Pilpres bukan Beli Kucing dalam Karung

Presiden Indonesia berikutnya memang harus yang setara dengan pak Jokowi. Minimal sama pengalamannya, setara prestasinya. Sukses jadi walikota misalnya, itu penting karena menjadi bukti kemampuan seorang pemimpin dalam hal teknis dan atau manajemen pemerintahan. Sukses memimpin provinsi juga penting karena hal tersebut sebagai bukti kemampuan dalam mengkoordinasikan pemerintahan dibawah dan diatasnya. RK mampu membawa Bandung dari urutan 200 jadi urutan 1. Itu bukti kemampuan manajerial pemerintahan ditataran teknis pekerjaan. RK juga sukses memimpin Jabar dalam mengatasi pandemi. Pak RK mendapat penghargaan sebagai gubernur terbaik dalam atasi pandemi. Itu bukti kemampuan kepemimpinan yang bersifat koordinatif...memaksimalkan kekuatan SDM, dll. Menjadi calon presiden itu harus yang lengkap ilmu dan pengalamannya, supaya tidak seperti membeli kucing dalam karung. Seperti pak Jokowi yang punya pengalaman dan sukses dalam kepemimpinan di pemerintahan daerah secara berjenjang.

Jadi walikota yang juara, jadi gubernur yang penomenal, dst sehingga saat beliau nanti menjadi presidenpun sudah tahu betul apa yang harus dilakukan untuk memajukan Indonesia. Bukan hanya sekedar tahu solusi, tapi juga terbukti mampu menjalankan program dengan baik.

Maka lihatlah bukti apa prestasinya, jika saat menjadi gubernurnya gak juara ya apalagi ketika harus memimpin wilayah yang lebih besar tentu akan kewalahan/kelabakan.
La wong memimpin daerah yang lebih kecil pun tak mampu bawa juara.

Pak Jokowi dan pak Ridwan Kamil sama sama berprestasi saat menjadi walikota maupun gubernur.

Track record yang baik itu tentu menjadi garansi kualitas seorang pemimpin.

Jabar Juara PON Papua 2020/2021
Jabar Juara atasi pandemi 2020-2021
Jabar Juara Meritokrasi 2020, dst

Bahaya Indonesia jika dipimpin oleh yang prestasinya gak meyakinkan.

Gimana mau yakin la wong gak juara, la wong miskin inovasi dst. Bisa-bisa Indonesia mundur lagi, rugilah tentu rakyat dan bangsa Indonesia secara umum. Pemimpin juga harus benar-benar adil. Indonesia bukan hanya Jawa Tengah, Jawa Timur dll, masih ada Papua, ada Aceh, ada Bengkulu, ada Sulawesi, Kalimantan, Jawa Barat, dst. Satu lagi, jangan sampai calon presidennya nanti yang takut sama ketum partai misalnya, kubu-kubuan partai misalnya, itu bahaya nanti bisa jadi boneka politik dan tak bisa menyatukan Indonesia. Indonesia harus maju. Indonesia tak akan pernah maju jika masyarakat tak pintar dalam memilih presidennya. Memilih presiden haruslah dilihat Reputasinya, Kapasitas, kapabilitas dan kredibilitasnya. Lihat kualitas R dan K nya.

Selain itu juga harus pemimpin yang Mahir, yang modern supaya Indonesia juga jadi modern. Amanah, tak terganggu oleh oknum relawan yang minta dispesialkan, dll. Humanis, misal mendirikan Rumah Singgah Humanis (rengganis) seperti di Bandung untuk para pasien luar kota yang pengobatannya tak selesai satu hari dan tak mampu bayar hotel misalnya. Terakhir harus yang Intelek, membuat keputusan berbasis ilmiah dan data.

Kalau kata kang Emil mah, good data good decision, bad data bad decision, no data no decision. Keputusan harus ilmiah, sehingga tepat sasaran dan tidak ngawur.

I lainnya adalah Integritas, pancasilais sejati, tidak korupsi, dst. Contoh saat menjadi walikota Bandung, hampir setiap tahun diadakan pawai barongsai dst. RKmahi Gaskeun...! #RidwanKamil, #RKRI, #RKRI2024, #JabarJuara, #IndonesiaJuara

Bandung, 10 Januari 2022


Kata kang Emil, Good data good decision. Bad data bad decision. No data no decision. Itulah arti pentingnya data, ilmu dan informasi.

#NKRI kita semua, bukan NKRI anda saja, bukan NKRI dia saja.

#NKRI
#Jokowi
#RidwanKamil
#RumahKita1ndonesia
#RumahKerjaRelawan1ndonesia
#RKR1 insyaAllah Juara
#Logis


RK
Reputasi
Kapabel dan kredibel

Mahi
Mahir serta modern
Agamis tur amanah
Humanis sedikit humoris
Intelek, ilmiah dan ber-integritas.

RKmahi


Semoga Allah SWT memberikan kita Presiden Juara di 2024 dst, agar Indonesia jadi negara maju, sehat sejahtera, berakhlak berpendidikan dan bahagia.
RK for RI 1 2024. Aamiin

Note:
Budaya Literasi, banyak membaca, menyerap informasi yang BAL (benar, akurat, lengkap), budaya menulis, dst. Bangsa maju bangsa yang mau membaca dan menghargai ilmu

Saat ini, budaya baca di Jabar sama halnya Indonesia, masih rendah.

UNESCO juga pernah mengungkapkan bahwa persentase minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,01 persen. Artinya dari 10.000 orang Indonesia, hanya satu orang yang senang membaca.

"Knowledge is power, but character is more". Ridwan Kamil


Baca Juga:

Posting Komentar

0 Komentar