Jabar Quick Response ini adalah team gerak cepat untuk membantu menanggulangi kebencanaan, membantu rumah penduduk yang rentan roboh dst. Istilahnya pertolongan kedaruratan yang dialami warga Jawa Barat dan bahkan di luar Jawa Barat.
Sudah banyak rumah rentan kecelakaan yang sudah dibantu oleh program ini. Sumber dana program JQR ini berasal dari baznas Jabar, dari peran serta swasta dan masyarakat lainnya.
Belum lama ini JQR juga membantu berbagai masyarakat yang terdampak bencana angin puting beliung di Cibatu Garut, juga bencana lainnya di berbagai daerah seperti terdampak letusan gunung Semeru dll.
Intinya adalah setiap bencana dan kedaruratan, rumah miring, gubuk doyong, dll menjadi sasaran dari program JQR ini.
Ini beda dengan program rutilahu, memiliki kemiripan tapi tak sama. Jika rutilahu berpokus kepada rumah tidak layak huni maka JQR ini konsen terhadap rumah-rumah darurat yang bisa mengancam keselamatan warga, jembatan miring, kebencanaan dst.
JQR, Jabar Quick Response adalah salah satu inovasi cerdas dari gubernur Jabar untuk memastikan kehadiran pemerintah ditengah bencana dan kedaruratan yang dialami warga Jawa Barat khususnya. JQR mungkin saja berkembang menjadi bertaraf nasional sesuai perkembangan kemampuan pendanaan, dst.
Program ini layak dicontoh untuk tingkat daerah lainnya, provinsi lsin bahkan ditingkat pemerintahan pusat juga perlu kiranya mengikuti langkah pemerintahan Jawa Barat ini untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat rakyat Indonesia.
Prinsip kolaborasi menjadi acuan dari program JQR ini. Pendanaan terbuka dari berbagai pihak, dari pemerintahan, dari agniya, dari pengusaha, dari sponsorship mungkin, dst.
Kolaborasi pentahelix melibatkan 5 unsur kekuatan pembangunan untuk sama-sama bisa berperan dalam membantu kesulitan rakyat dan warga. Akademisi menyumbangkan ilmu dan gagasannya, bisnis menyumbang dana dan pasilitasnya, community dan masyarakat umum membantu tenaga, dana dll, government membantu melalui sumber daya yang dimilikinya, peralatan berat dll, juga media pun tentu berperan kunci untuk dapat memberikan informasi yang berguna bagi negara dan masyarakat.
Itulah JQR dan kolaborasi pentahelix yang dilaksanakan oleh prmfaprov Jabar beserta team dan juga semua elemen yang berpetan secara langsung atau tidak langsung untuk perbaikan nadib bangsa dan negara Indonesia.
Tentu saja semoga daerah lain dan pemerintah pusat pun bisa menduplikasi program JQR ini. Pemerintah pusat misalnya denfan dana besarnya, dengan kekuasaan besarnya hendaknya bisa meniru JQR ini agar masyarakat dan bangsa Indonesia bisa segera terbebas dari keterbelakangan, kemiskinan, ketidakberdayaan dst.
Jabar Quick Response adalah program yang bertujuan untuk kemanusiaan, sosial dan kemasyarakatan.
Demikian saja ulasan sederhana ini, semoga bermanfaat.
Bandung, 4 Januari 2022
1. JQR hadir untuk korban Angin Puting Beliung di Cibatu Garut.
2. JQR hadir membantu korban bencana alam banjir di Garut Selatan
3. JQR membantu korban Semeru.
Kata kang Emil, Good data good decision. Bad data bad decision. No data no decision. Itulah arti pentingnya data, ilmu dan informasi.
#NKRI kita semua, bukan NKRI anda saja, bukan NKRI dia saja.
#NKRI
#Jokowi
#RidwanKamil
#Jokowi
#RidwanKamil
#RumahKita1ndonesia
#RumahKerjaRelawan1ndonesia
#RKR1 insyaAllah Juara
#RumahKerjaRelawan1ndonesia
#RKR1 insyaAllah Juara
#Logis
RK
Reputasi
Kapabel dan kredibel
Mahi
Mahir serta modern
Agamis tur amanah
Humanis sedikit humoris
Intelek, ilmiah dan ber-integritas.
RKmahi
Baca Juga:
Note:
Budaya Literasi, banyak membaca, menyerap informasi yang BAL (benar, akurat, lengkap), budaya menulis, dst. Bangsa maju bangsa yang mau membaca dan menghargai ilmu.
Budaya Literasi, banyak membaca, menyerap informasi yang BAL (benar, akurat, lengkap), budaya menulis, dst. Bangsa maju bangsa yang mau membaca dan menghargai ilmu.
Saat ini, budaya baca di Jabar sama halnya Indonesia, masih rendah.
Menurut survei Central Connecticut State University mengenai Most Literate Nations in the World, Indonesia menempati peringkat ke-60 dari total 61 negara, persis di bawah Thailand dan di atas Botswana.
UNESCO juga pernah mengungkapkan bahwa persentase minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,01 persen. Artinya dari 10.000 orang Indonesia, hanya satu orang yang senang membaca.
"Knowledge is power, but character is more". Ridwan Kamil
0 Komentar