Mang Eko
Hahay...bangga jadi provinsi rakyatnya terbahagia lebih karena faktor ketidak adilan pusat.
Jangan tutup mata Jateng itu anak emas dari dulu karena presidennya condong ke Jateng.
Lihatlah jumlah kota kabupaten di Jateng ada 35, sementara di Jabar yang penduduknya lebih banyak 15 juta dibanding Jateng, jumlah kab kota hanya ada 27, selisihnya 8 kabupaten. Itu jelas sangat berpengaruh terhadp pelayanan publik, urus-urus berkas mudah karena ke pusat kota dekat, karena kabupatennya banyak, karena luas kabupatennya rata-rata lebih kecil dibanding di Jabar.
Belum lagi dana desa yang tidak proporsional. Setiap desa diberi dana 960 juta pertahun, sementara jumlah desa di Jabar lebih sedikit. Jateng ada 8000an, Jabar hanya ada 5300an. Selisihnya 2500an desa x 960 juta berbanding terhadap jumlah penduduk di Jateng hanya 35 juta di Jabar 50 juta. Itu ibarat pusat ngasih sejuta kesetiap penduduk di Jateng, sementara kependuduk di Jabar cuma ngasih 500 ribu per orang. Jelaslah penduduk Jateng lebih bahagia. Itu selisih tiap tahunnya bisa mencapai 2500 miliar ke Jateng lebih banyak 2.5T dibanding ke desa-desa/rakyat di Jabar.
Dari dulu pemprov Jabar sudah minta pemekaran kabupaten kota tapi selalu mentok ditingkat MPR DPR, kementerian dan kepresidenan. Pemerintah pusat tidak gerak cepat, tidak perhatian, tidak serius, tidak punya niat baik untuk keadilan rakyat di Jawa Barat.
Coba sodara lihat kabupaten Cianjur, sangat luas. Coba sodara tengok kab. Garut sangat luas. Tasik luas, Sukabumi, Karawang, Bogor, Bekasi, Indramayu, bahkan kabupaten Bandungpun masih sangat luas. Jelaslah pelayanan pemda menjadi terbatas, teu kageroh. Ngerti ora son..?
Bahagia bukan karena prestasi dari gubernurnya, tapi bahagia karena jadi anak emas pemerintahan pusat.
Jreng...!.
Elektabilitas gubernur Jabar murni karena dilihat kerjanya.
Sementara elektabilitas gub Jateng terutama karena beliau kader PDIP sebagai partai terbesar di Indonesia saat ini, dan juga blow up karena perseteruan banteng vs celeng. Terkenal bukan karena prestasi kerjanya tapi sokongan kader partai dst.
La wong prestasi PON saja malah mundur, dari juara 5 di 2016 jadi juara 6 di 2021. Dua periode tak ada kemajuan. Mau jadi pleciden...?!?. Gak mungkin menang, hanya menang survey saat ini, nanti lihat akan melempem seiring waktu karena elektabilitas tanpa kualitas gak akan bertahan lama.
Bandung, 3 Januari 2021
#NKRI kita semua, bukan NKRI anda saja, bukan NKRI dia saja.
#Jokowi
#RidwanKamil
#RumahKerjaRelawan1ndonesia
#RKR1 insyaAllah Juara
Budaya Literasi, banyak membaca, menyerap informasi yang BAL (benar, akurat, lengkap), budaya menulis, dst. Bangsa maju bangsa yang mau membaca dan menghargai ilmu.
Saat ini, budaya baca di Jabar sama halnya Indonesia, masih rendah.
Menurut survei Central Connecticut State University mengenai Most Literate Nations in the World, Indonesia menempati peringkat ke-60 dari total 61 negara, persis di bawah Thailand dan di atas Botswana.
UNESCO juga pernah mengungkapkan bahwa persentase minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,01 persen. Artinya dari 10.000 orang Indonesia, hanya satu orang yang senang membaca.
0 Komentar