Memperbaiki jalan dipelosok Jabar bukan sulap, butuh dana besar. Sementara 2 tahun ini APBD untuk infrastruktur banyak terpakai untuk atasi corona. Semakin sulitlah jadinya. Ditambah lagi, jalan desa, jalan kabupaten maupun jalan provinsi di Jabar sudah terbelakang sejak berpuluh tahun karena banyak hal, a.l; 1. Pemerintah pusat secara sistemik kurang adil ke Jabar. Contohnya jumlah kabupaten yang sedikit dst. 2. Jumlah Desa di Jabar juga hanya 5312 buah, sementara di Jateng ada 8000 lebih, di Jatim juga ada 8000 lebih.
Akibatnya pembangunan ditingkat desa pun di Jabar tertinggal karena semakin banyak desa maka semakin "kageroh" terfasilitasi dengan dana desa yang lebih banyak sehingga lebih merata dapat dirasakan manfaatnya oleh warga.
Jawa Tengah dengan jumlah penduduk 35 jutaan, memiliki desa 8000an.
Jawa Timur, jumlah penduduk kurang dari 40 juta, memiliki desa 8000an.
Sementara Jawa Barat berpenduduk 50 jutaan tapi jumlah desanya hanya 5312.
Dan luas wilayah ketiganya juga relatif seimbang. Jatim memang lebih luas dari Jabar, tapi Jabar lebih luas dari Jateng.
Anak SD dan SMP juga bisa menghitung ketimpangan dan juga ketidakadilannya.
Pantas jika kondisi jalan perdesaan di Jawa Barat lebih buruk dibanfingkan di Jawa Tengah maupun Jawa Timur.
Saya punya saudara di Jawa Tengah, di Bantul, di Pemalang, di Tegal.
Sejak puluhan tahun lalu kondisi jalan desa disana memang sudah sangat baik. Dihotmix hingga ke sawah-sawah.
Diperkotaanpun banyak dibangun jalan bypass.
Sementara kondisi di Jawa Barat cukup memprihatinkan, banyak jalan desa yang masih berupa tanah merah dan bebatuan.
Itu karena tadi. Jumlah kabupaten yang lebih sedikit, berakibat kepada luasnya rata-rata kabupaten di Jawa Barat sehingga pembangunan di desa-desa menjadi kurang merata, tidak tertangani semuanya.
Kalau kata bahasa Sundanamah "teu kageroh". Lega teuing kabupatena.
Demikian saja, sabeas sabeunyeureun semoga dipahami dengan objektif. Aamiin.
Bandung, 11 Januari 2022
Kata kang Emil, Good data good decision. Bad data bad decision. No data no decision. Itulah arti pentingnya data, ilmu dan informasi.
#NKRI kita semua, bukan NKRI anda saja, bukan NKRI dia saja.
#Jokowi
#RidwanKamil
#RumahKerjaRelawan1ndonesia
#RKR1 insyaAllah Juara
Budaya Literasi, banyak membaca, menyerap informasi yang BAL (benar, akurat, lengkap), budaya menulis, dst. Bangsa maju bangsa yang mau membaca dan menghargai ilmu.
Saat ini, budaya baca di Jabar sama halnya Indonesia, masih rendah.
UNESCO juga pernah mengungkapkan bahwa persentase minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,01 persen. Artinya dari 10.000 orang Indonesia, hanya satu orang yang senang membaca.
0 Komentar