Wayang Windu (Panenjoan)

Ke Pangalengan rasanya sudah tak terhitung lagi. Sudah puluhan kali. Seperti 2 hari lalu 7 November 2020. Kita jalan-jalan ke sana, hendak ke tempat yang lagi viral. Ke panenjoan gunung dan kebon teh.
 

Rasa penasaran sudah sejak beberapa bulan yang lalu, baru bisa terlaksana kemarin itu.

Sebenarnya bulan-bulan yang lalu kita sudah dekat ke lokasinya (tepat 2 bulan yang lalu kami pernah kesini, 8 September 2020, silahkan baca kisah perjalanan kami dengan judul Kertasarie to Kertamanah). Tapi pertama karena gak tujuan kesana, kedua karena kita gak tau lokasinya. Ketiga, gak sengaja jalan ke daerah itu, daerah Kertamanah itu hanya untuk makan-makan karena tadi kita bawa makanan dari Bandung. Ulen, dll.

Dan hari juga sudah hampir sore. Jadinya ya gitu. Nongkrong-nongkrong saja menikmati udara perkebunan teh.

Hari kemarin, kita balik lagi ke sana. Ke Kertamanah, untuk ke panenjoan tersebut.

Di sepanjang jalan yang arah ke sana, sepertinya sepi-sepi saja. Jarang ada kendaraan yang menuju ke sana. Tapi sesampainya di lokasi ternyata pengunjung disana cukup banyak juga. 

Hari sebenarnya kurang tepat, pas kita sampai ke lokasi waktu sudah menunjukkan tengah hari. Cuaca juga cukup terik jadinya kurang bagus untuk rekreasi seperti itu. Di photo juga hasilnya mungkin kurang bagus karena terlalu berlawanan dengan sinar matahari.

Tapi pengunjung lain juga sama, datangnya terlalu siang seperti kita. Entahlah, mungkin sama-sama kurang perhitungan waktu.

Sebenarnya seperti biasa, kita ke Pangalengan ini hanya karena teringat jagung rebus saja, pengen udara segar dst. Dan mengunjungi beberapa lokasi seperti ini juga karena memang penasaran. 

Ya, pemandangan disini jadinya lebih kepada untuk photo-photo gitu. Banyak orang suka photo-photo. Padahal sebenarnya, harusnya tempat seperti ini adalah untuk dinikmati keindahannya. Tapi karena ini waktunya kurang tepat, jadinya terlalu panas untuk dapat bersantai disini. 

Pengunjung juga sedang cukup banyak, rasanya kurang pas untuk lama-lama disini saat ini. Kita kurang suka suasana terlalu ramai begini soalnya. Kita lebih suka suasana yang gak ramai-ramai amat. 

Tapi bukan gak suka orang. Hanya pengen suasana yang gak ramai saja.

Tempat ini memang ramai, dan juga cukup bersih. 

Kita bisa lihat para pengunjung juga rata-rata "orang terdidik" yang bisa menjaga kebersihan. Itu seperti luar negeri. Manusia berkualitas. Siip pokoknya.

Ya, kita sudah lapar, dan kita juga mau rebus jagung. Jadi kita gak lama-lama disini. Hanya 20 menitan saja sudah cukup. Mau photo-photo juga banyak orang. 

Harusnya lebih pagi supaya adem, kalau gak sore tentu suasananya lebih teduh. Tapi karena musim gak jelas, kadang hujan dan atau gerimis jadinya ya sekenanya saja yang penting gak hujan.

Lokasi panenjoan ini tak jauh dari lokasi wanawisata perkebunan pinus yang sudah lebih dulu ada. Itu sudah lebih dulu ada. Cuma, penulis juga belum pernah masuk ke sana, hanya lewat saja. Kan gak ok banget jika masuk lokasi wisata seorang diri. Nanti dikiranya orang hilang seperti itu. Jadi kalau sendiri lebih pasnya adalah keliling-keliling gitu saja, ke alam, ke tempat-tempat petualangan dst. Kalau ke wahana-wahana wisata kayaknya malu lah kalau sendiri.

Sesudah dzuhur di Mesjid ini, dari persimpangan Kertamanah kita ambil ke kiri. Ini adalah jalan tembus ke kota kecamatan Pangalengan. Kalau lurus itu juga sama bisa ke Pangalengan, tapi harus putar balik, dan kesana itu lebih cocok kalau hendak langsung kembali ke Bandung agar tak harus lewat pasar dan perkampungan di Pangalengan. 

Jalan lewat kiri ini, melewati banyak perkampungan, banyak rumah penduduk. 

Nah nanti setelah ketemu jalan utama, kalau ke kanan itu ke pasar Pangalengan, kalau ke kiri itu ke arah pemandian air panas Cibolang, ke Kertasarie atau ke tempat-tempat lain. 

Nah kita ambil yang arah kiri lagi. Kita mau beli jagung rebus pas di depan lapangan bola di sana. 

Tapi perut sudah terlalu lapar. Jadinya kita cari makanan pokok dulu, gak harus nasi, mie ayam juga boleh lah. Terutama air teh Pangalengan tentu akan pas diperut kita.

Kalau perut sudah diisi makan begitu, kita beli jagungnya jadi gak seperti orang kesurupan. Cukup satu batang juga sudah kenyang. Beda kalau perut lapar, tiga batang juga masih minta nambah.

Ya. Hari ini kita gak ke Cukul. Kita cuma disekitar sini saja. Ke bekas rumahnya Boscha dan lalu pulang ke Bandung. 

Badan aku juga sedang gak sehat soalnya. Sudah beberapa hari masuk angin. Pulang dari Sumedang, hujan gerimis, bawa motor juga cukup kencang akhirnya ya gini. Masuk angin.

Ini harus di kerok sih, kalau minum obat gitu sudah. Tapi sembuh sebentar, lalu terasa sakit lagi. 

Ini sebentar lagi asyar. Seperti biasa kita akan sholat di bawah sana. Di sebuah mesjid yang gak ramai, gak terlalu besar dan parkir untuk motor juga terasa lebih aman. Agak jauh dari Pangalengan. 3 atau 4 kilometeran. 

Nah di situ ada sebuah warung Nasi, jadi bisa sekalian makan nasi dulu. Karena rupanya mie ayam tak cukup untuk saat ini. Harus makan nasi, karena sudah biasa nasi. 

Dikerok dulu, baru badan akan terasa sehat kembali.

Demikian saja teman. Kita mau pulang saja. Kurang semangat kalau tubuh ini kurang sehat. Rupanya kita bisa mengerti betapa besar arti kesehatan itu disaat kita sedang sakit begini. 

Manusia lemah, bisa sakit kapan saja. Kita tak bisa menduganya.

Semoga kalian, kita semua diberi kesehatan oleh Allah SWT. aamiin.

Salam damai. Salam bahagia.

Selamat hari senin, selamat beraktifitas kembali.


#Pangalengan, 7 Nov 2020

**Judul semula adalah Rumah Boscha (Pangalengan). Sudah kita rubah per 2 Desember 2020 dengan judul yang lebih pas, menjadi Wayang Windu (Panenjoan)






























Beberapa kisah kita yang lainnya tentang Pangalengan ini al sbb: 

1. Kisah kita di masa PSBB, dari Cukul ke Talegong yang dijaga ketat, 12 April 2020. Judul tulisannya adalah; "Kamu adalah Orang Lain (Rumus Kehidupan oleh-oleh dari Pangalengan"

2. Kisah Mau ke Pangalengan tapi gak jadi karena sudah merasa cukup makan di Cimaung. Judulnya Cimaung

3. Ke Pangalengan hanya untuk ke Cukul karena Kabutnya dan lalu ke jembatan Cileunca, 8 Agustus 2020. Judul tulisan : "Cukul yang Berselimutkan Kabut Tebal (dan menuju Cileunca yang lebih terang)".

4. 23 Agustus 2020, judul kisah; "Kebon Teh Kertasari", Pertama kali ke Kertasari lalu ke Cukul

5. 8 September ke Pangalengan via Kertasarie demi makan di Kertamanah judul kisahnya "Kertasarie to Kertamanah"

6. 4 Oktober 2020 kita juga ke Pangalengan, "Dari Citambur via Gambung demi Jagung di Pangalengan"

7. Dan sekarang, kisah kita tentang Panenjoan dengan judul "Wayang Windu (Panenjoan)", 7 Nopember 2020.

8. Sebenarnya ada juga kisah kita ke Pangalengan yakni tanggal 3 Oktober 2020, ke Santolo via Cukul. Judulnya "Pantai Santolo 2020" dan "Jayanti oh Jayanti" 18 Juli 2020, ke Jayanti via Ciwidey pulangnya via Pangalengan. Dan 9 Okt 2020, sepulang dari "Curug Orok" kita juga lewat Cisewu Pangalengan. Jadi sejak April 2020 sampai Nopember 2020 setidaknya kita sudah 10 kali ke Pangalengan ini. Hampir tiap bulan satu kali. 


Bebepara kisah kita ke Ciwidey...

1. "Jayanti oh Jayanti"

2. "Dari Citambur via Gambung demi Jagung di pangalengan"

3. Hanya makan di Ciwidey, sudah kenyang lalu pulang

4. sudah baru 3 kali kita ke Ciwideynya


Beberapa kisah kita ke Lembang :

1. Ke Lembang via Patrol, lalu ke Tanjakan Emen sampai batas Subang lalu pulang via Ciputra Punclut

2. Niatnya ke Curug Cimahi via Pasteur, tapi tutup karena PSBB, pulangnya via Lembang dan Setiabudi hanya demi tahu

3. Sengaja ke Lembang demi untuk sarapan tahu saja, lalu pulang via dago giri 


Beberapa kisah kita tentang Garut :

1. Ke Garut via Nagreg lanjut ke Gunung Papandayan yang sejuk, balik via Nagreg

2. Ke Garut via Kamojang lanjut ke Curug Orok, pulangnya via Cisewu Pangalengan 9 Oktober 2020

3. Ke Garut via Kamojang lanjut ke Pameungpeuk, ke Sayang Heulang dan Bukit Teletubis, Balik kembali via Nagreg Garut

4. Ke Garut via Kamojang demi suasana Kamojang dan pulang via Cijapati 


Beberapa kisah kita tentang saba kota...hanya berkisar di GBLA, Dago, Muter-muter ke Kota, ke pasar Andir, ke ITC Kebon Kalapa, Ke Metro, ke ABC, ke Sekitaran Tegallega demi rujak, sudah gitu saja. dll


Note :

Ada beberapa kisah lain yang bisa kita ceritakan tentang Rancabuaya, Pangandaran, Ciletuh, Ujung Genteng, Wisata Sekitar Sumedang, Subang, Kuningan, Majalengka, Tasikmalaya, Sukabumi, Bogor, dll. Bisa kalian  baca juga di blog ini.

Terimakasih


Posting Komentar

0 Komentar