Saat ini memang jalan provinsi di Jabar terbengkalai karena 2 tahun dana APBD untuk infrastruktur dialihkan untuk tangani pandemi karena nyawa lebih penting dibanding infrastruktur. Hasilnya bisa dilihat, korban meninggal di jabar kurang dari setengahnya korban meninggal di Jateng. Di Jabar meninggal 14.755 orang. Di Jateng meninggal 30.278 orang. Di Jatim meninggal 29.700 orang. Padahal penduduk Jabar adalah terbanyak di Indonesia. Di Jateng ada 8000 lebih desa, di Jatim juga 8000 lebih desa. Di Jabar cuma ada 5312 desa sehingga saat pandemi dana desa di Jabar paciwit ciwit karena penduduknya banyak tapi jumlah desanya sedikit. Pemerintah pusat setiap tahun beri dana desa per desa Rp. 960 juta. Sehingga jumlah dana desa ke Jateng dan ke Jatim itu jauh lebih banyak dari yg didistribusikan ke desa-desa di Jabar karena tadi jumlah desanya di Jabar lebih sedikit sekitar 2500 desa. 2500x960 juta itu sekitar 2.4 triliun masing-masing setiap tahun pusat memberi lebih banyak ke Jateng dan ke Jatim. Jelaslah infrastruktur desa pun di Jabar tentu tertinggal. Apakah pemerintah tdk tahu komposisi jumlah desa dan jumlah penduduk di tiap provinsi di Indonesia..?!?. Tentu saja kalo mereka tidak tahu, tak layak mereka jadi pemerintahan, artinya pasti mereka tahu demografi semacam itu...artinya apa...?!?. Ada ketidak adilan yang disengaja, ketidak adilan yang terstruktur. Belum lagi jumlah kota dan kabupaten, jumlah kokab di Jabar ada 27, Jateng 35, Jatim 38. Jelaslah itu juga berpengaruh kpd banyak hal al. 1. Jumlah perwakilan di MPR DPR 2. Jumlah pemda yang melayani warga. 3. Jumlah dana pembangunan dari pusat yang dibagi ke kabupaten kota. dll. Belum lagi dana-dana lain, panjang jalan nasional dst. Pusat tidak adil ke Jawa Barat itu tak bisa dipungkir lagi. Jabar itu dianak tirikan secara fiskal maupun secara sosial politik. Kita sebagai orang Jawa Barat harus melek itu sehingga bisa ikut mendukung pemprov yang sudah lama minta pemekaran daerah tapi belum juga di setujui oleh MPR DPR maupun sejauh ini tidak mendapat perhatian yang cukup serius dari pemerintah pusat. Kurang niat baiknya, kurang goodwillness nya. Secara prestasi gubernurnya, jelas gubernur Jabar jauh lebih baik dari gubernur tetangga, bisa dilihat dari perjuangan kang Emil dalam melindungi rakyatnya dari bahaya corona, hasilnya jelas gubernur Jabar bisa menyelamatkan hingga selisih 16 ribu nyawa dibanding korban di Jateng, selisih 15 ribu nyawa dibanding korban di Jatim. Mungkin jika gubernur Jabar saat itu bukan kang Emil, dan jika melihat Jabar sebagai bagian dari episentrum pandemi terutama di daerah perbatasan Jakarta, dan jika kita hitung secara matematis berbanding terhadap jumlah penduduk Jabar yang 15.000 lebih banyak dari Jateng, mungkin jumlah yg meninggal di Jabar bisa mencapai 40.000 orang. Buktinya di Jateng dan maupun di Jatim yang jumlah penduduknya lebih sedikit tapi jumlah korban meninggalnya 2x lipat lebih dibanding di Jawa Barat. Itu adalah prestasi besar dari gubernur Jabar. Menyelamatkan satu nyawa itu tak ternilai jasanya, apalagi bisa menyelamatkan jutaan orang dan menyelamatkan selisih 16 ribu (16.000) nyawa. Mungkin jika gubernurnya kurang kerja keras saat ada pandemi, mungkin kerabat kita banyak yang meninggal karena diserang corona sebab tadi jika lihat hutung-hitungan persentase dibanding korban di Jateng, di Jatim maupun di DKI, mungkin harusnya korban meninggal di Jabar itu sekitar 40.000 orang karena jumlah penduduk di Jabar lebih banyak dan padat.
Bandung, 5 Januari 2022
Kata kang Emil, Good data good decision. Bad data bad decision. No data no decision. Itulah arti pentingnya data, ilmu dan informasi.
#NKRI kita semua, bukan NKRI anda saja, bukan NKRI dia saja.
#Jokowi
#RidwanKamil
#RumahKerjaRelawan1ndonesia
#RKR1 insyaAllah Juara
Budaya Literasi, banyak membaca, menyerap informasi yang BAL (benar, akurat, lengkap), budaya menulis, dst. Bangsa maju bangsa yang mau membaca dan menghargai ilmu.
Saat ini, budaya baca di Jabar sama halnya Indonesia, masih rendah.
Menurut survei Central Connecticut State University mengenai Most Literate Nations in the World, Indonesia menempati peringkat ke-60 dari total 61 negara, persis di bawah Thailand dan di atas Botswana.
UNESCO juga pernah mengungkapkan bahwa persentase minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,01 persen. Artinya dari 10.000 orang Indonesia, hanya satu orang yang senang membaca.
0 Komentar