Apakah kang Emil hanya membangun taman...?!
Jawabannya tentu tidak, itu bisa dilihat dari hasil kerja beliau yang juara PON 2020/2021, juara birokrasi meritokrasi, juara digital, setahun menjabat langsung action atasi jalan-jalan macet dibeberapa tempat sekaligus, membangun puluhan jembatan gantung untuk rakyat pedesaan, membangun pertanian melalui berbagai terobosan teknologi tepat guna, reboisasi dengan telah menanam hingga 52 juta pohon.
Membersihkan Citarum, mengatasi banjir Bandung Selatan dll, membangun dunia investasi dan kawasan industri baru di Patimban dll. Merintis pembangunan/menggarap Jalan Tengah Selatan Jawa Barat dengan lobby yang baik ke pemerintahan pusat hingga keluar perpres khusus (No.87 tahun 2021) untuk percepatan pembangunan Jabar Selatan maupun wilayah Pantura Timur (Rebana).
Dalam keagamaan dan pendidikan juga, melahirkan perda pertama seIndonesia tentang perda pesantren, membuat SK guru honorer pertama di Indonesia sehingga guru honorer lebih diperhatikan, membuat program rumah untuk guru (Bataru), juga pertama di Indonesia.
Dalam bidang hukum, budaya, pemberdayaan perempuan, kepanduan dan kepemudaan juga.
Dalam bidang hukum gubernur Jabar langsung melibatkan KPK dalam perencanaan pembangunan sehingga KPK dilibatkan sejak dini, sehingga sejak awal langkah sudah melalui asistensi KPK, sudah persetujuan KPK dst.
Dalam bidang pemberdayaan perempuan Desember 2018 kang Emil meluncurkan Sekolah Perempuan Capai Impian dan Cita-cita (Sekoper Cinta).
Menurut menteri Puspayoga, program sekoper cinta ini adalah sekolah perempuan pertama di Indonesia yang diadakan dan cakupannya meliputi sebuah provinsi.
Tahun 2020, program ini mendapat apresiasi dari Menteri PPPA, Bintang Puspayoga dan berharap program Sekoper Cinta bisa menjadi model nasional untuk pemberdayaan perempuan.
Jabar sudah leading 2 tahun sementara provinsi dan bahkan kementerianpun baru belajar dari Jabar di pertengahan 2020 (27 Juni 2020).
Bukan hanya leading dalam pemberdayaan perempuan, Jabar juga menjadi pionir dalam banyak hal. Digital Center, Meritokrasi, Petani Milenial, Desa Digital, Kredit Mesra, dll.
Dibidang Kepanduan juga Jabar terus digelorakan dan plus karya nyata membangun jembatan gantung yang menghubungkan Cirebon dengan Brebes menjadikan rekor jembatan gantung pertama yang menghubungkan dua provinsi berbeda.
Ini juga tanda nasionalisme kemanusiaan yang tak kenal batas administrasi.
Dibidang kepemudaan juga membangun beberapa creative center.
Setelah di Bandung (saat masih jadi walikota) juga saat ini membangun di Sumedang, di Bogor, di Cirebon dll.
Bukan hanya creative center, juga membangun ekonomi pertaniam dengan program Petani Milenial, Desa Digital yang juga banyak melibatkan generasi muda, program pelatihan kepemimpinan generasi muda dengan adanya Jabar Innovation Fellowship, ajudan gubernur, team cyber saberhoax, dll.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang serius menyiapkan generasi penerusnya untuk melanjutkan pembangunan dimasa yang akan datang.
Program-program gubernur jelas membuktikan teori itu. Pemuda benar-benar diberdayakan dst.
Dengan Jabar Innovation Fellowship misalnya pemdaprov Jabar memberikan ruang masukan ide, gagasan segar dari kalangan mahasiswa, profesional muda yang tergabung secara terbuka, dinamis dst.
Ini tentu tak lepas dari pengalaman kang Emil yang pernah kerja paruh waktu di Departemen Perencanaan Perkotaan Barkeley Amerika Serikat. Beberapa hal positif tentu diadopsi dari negara-negara maju dll.
Dalam bidang media 2021 juga Jabar meraih juara dua keterbukaan pers dari dewan pers nasional setelah sebelumnya berada diposisi ke 28. Kedua setelah Kepulauan Riau.
Keberpihakan kepada pedagang kecil juga, program pasar juara yang mulai dicicil dibeberapa pasar tradisional, di Sukabumi, di Pamanukan Subang, dst.
Atau penataan pedagang kaki lima di Gasibu, di alun-alun Bandung, di malabar, di Dewi Sartika, di jalan Dalem Kaum dll semua itu adalah jasa kerja nyata dari kang Emil sejak menjabat walikota Bandung.
Untuk anak-anak juga, pembangunan ruang-ruang bermain, ruang terbuka hijau yang ramah anak, ada perosotan, ada ayunan dll.
Itu semua untuk membuat tumbuh kembangnya anak yang lebih mobile lebih berkembang motoriknya dan merangsang kreatifitas anak, mengembangkan kecerdasan anak, kesehatan anak, kebahagiaan ibu dan anak dst.
Alun-alun dan taman yang dibangun juga bersifat tematik demikian.
Ada Taman Jomblo, ada Taman Musik, ada Taman Pers, ada Taman Radio, ada Taman Lansia untuk memberi ruang sehat bagi lanjut usia, atau revitalisasi Taman Lalulintas yang lebih rapih dan modern, Taman Super Hero, Taman Pets buat pehoby binatang, Taman khusus Anak juga dibangun di kompleks Balaikota.
Semua itu bukan sulap, semua itu buah perjuangan pemimpin kita pak Ridwan Kamil dalam membangun peradaban, membangun masyarakat yang lebih sehat, lebih ceria, lebih bahagia dst.
Pembangunan taman-taman itu ternyata bukan sekedar bangunan biasa yang tanpa arti.
Taman yang baik, yang resik, yang indah dan yang fungsional adalah berguna bagi kesehatan psikis, kesehatan tubuh, kesegaran pikiran dan otak, kecerdasan anak, kebahagiaan ibu, orang tua dan anak, juga remaja, anak muda, pegawai, pekerja, pejalan kaki, warga kota, warga luar kota semua menjadi serasa terangkat kualitas kemanusiaannya, kesehatannya dst.
Bahkan kata orang di Bandung premanpun sudah pensiun (judul sinetron, red), karena kotanya sudah lebih nyaman.
Itu manfaat dari sisi batiniyah, dari sisi ekonomi taman yang indah bisa mendatangkan pengunjung, menjadi tempat rekreasi dan kepariwisataan sehingga di era sebelum corona dunia wisata tumbuh baik di kota Bandung dsk, pembangunan hotel membuka lapangan kerja, membuka peluang usaha dst.
Program bike to work juga saat ini sudah menjadi booming bagi para pegiat bersepeda dari anak-anak, kaum muda, kaum tua bahkan ibu-ibu pun jadi gemar olahraga bersepeda di Bandung Raya ini khususnya, dan daerah lain pun pada umumnya menjadi banyak pesepeda, dst.
Bandung mungkin satu-satunya dari 5 kota besar di Indonesia yang menyediakan sepeda sewa untuk wisatawan dll. Empat kota lain, Jakarta, Surabaya, Medan, Makassar, saya kira belum ada.
Ini kita sering lupa atau bahkan tak ngeuh, tak sadar bahwa semua itu ada tak dengan sendirinya, melainkan melalui proses kerja, kinerja dan perjuangan dst.
Bangsa kita tak boleh menjadi bangsa yang mudah lupa dengan jasa orang dan sulit pula sekedar memberi apresiasi atau penghargaan terhadap jasa seseorang.
Istilah agamanya tak tau terimakasih dan tak kenal rasa bersyukur.
Ibarat kata bung Karno, bangsa besar adalah bangsa yang tak melupakan jasa para pahlawan.
Ada banyak macam pahlawan, pahlawan kemerdekaan, pahlawan revolusi, pahlawan pendidikan, pahlawan kesehatan, pahlawan covid corona, pahlawan pembangunan, dst.
Kota Bandung yang rapih itu tak terjadi dengan sendirinya. Ia by proses, ia by perencanaan, by design, inovasi pendanaan dst.
Beberapa taman dibangun tidak menggunakan APBD, bus wisata diadakan berkat pendekatan terhadap perusahaan-perusahaan swasta atau BUMN/BUMD modern.
Taman Lalulintas Bandung didanai oleh dana CSR Toyota grup. Taman pers didanai Mayora grup, taman Vanda didanai perusahaannya pak Ir. Tanjung, Bus wisata Bandros didanai oleh Telkom, BJB, BCA, dll.
Itu semua tak terjadi disemua kota di Indonesia. Tak semua pemimpin bisa melakukannya. Artinya peran seorang pemimpin sangat menentukan untuk kemajuan sebuah kota, sebuah kabupaten, provinsi, dan juga negara.
Pak Ridwan Kamil tak hanya sekedar membangun taman.
Bahkan membangun tamanpun sesungguhnya adalah salah satu bagian penting dari upaya mencerdaskan kehidupan anak-anak, menyehatkan seluruh rakyat, membahagiakan ibu-ibu, pejalan kaki, dan semua warga lainnya.
Taman terurus adalah kebaikan, lahan tidak terbengkalai, tidak sareukseuk (kumuh), bersih rapih, tidak bau, tidak kotor, itu semua ciri kota yang bermartabat, sehat dan modern.
Kenapa lalu ada sebagian orang yang justru mempersoalkan adanya pemeliharaan tanah-tanah yang tak terurus itu, mempermasalahkan pembangunan taman...?!?.
Apakah menelantarkan taman dan tanah-tanah terbengkalai adalah justru dianggap sebagi suatu prestasi yang lebih baik..?!.
Membiarkan suatu tempat tetap kumuh adalah sesuatu yang hebat yang prestisius...?!?.
Dunia memang seringkali terbalik. Yang baik dituduh buruk, yang buruk seakan itu lebih baik.
Ma'af, mungkin mereka sudah lama tak memeriksakan kesehatan mata, kesehatan otak, kesehatan jiwa, dst.
Pembangunan Infrastruktur
Pembangunan infrastruktur juga dilakukan oleh kang Emil.
Penataan trotoar yang ramah pejalan kaki ada kursi untuk istirahat atau bersantai setelah seharian kerja. Membangun beberapa Flyover dan underpas di persimpangan yang macet, dst.
Membangun jalan baru pun juga dilakukan kang Emil.
Jalan alternatif Subang-Lembang via Bukanagara, membangun jembatan penghubung pedalaman Sukabumi-Cianjur, membangun jalan baru di Pasir Salam Sukabumi yang ruksak, dll.
Membantu pembangunan jalan lingkar Cipanas Garut, lingkar kota Tasikmalaya, melanjutkan jalan Cisinga (Ciawi-Singaparna), melanjutkan pembangunan jalan Puncak 2, merintis pembangunan Jalan Tengah Selatan Jawa Barat, dll.
Ya benar. Banyak dari program infrastruktur jalan lainnya yang tidak terawat terutama disaat ada wabah corona di dua tahun terakhir ini.
Dana pembangunan disemua daerah di tahun 2020 dan 2021 memang terganggu untuk atasi corona.
Bukan hanya proyek pemdaprov yang terhenti, bahkan proyek-proyek swastapun banyak yang tertunda dan berhenti. Bahkan yang sudah jadipun gulung tikar dst.
Kita harus pahami itu, bahwa pandemi corona benar-benar telah menjadi bersifat bencana internasional atau force majeure, sesuatu yang diluar kendali manusia.
Di Jabar khususnya, pak Gubernur lebih concern/fokus perhatian terhadap kesehatan dan keselamatan warganya.
Nyawa lebih utama, keselamatan jiwa adalah mahal tak bisa diuangkan.
Percuma jalan mulus jika rakyatnya mati bergelimpangan. Jalan buruk masih ada waktu lain untuk diperbaiki tapi nyawa tak ada kesempatan kedua.
Jangan pernah underestimate kepada gubernur Jawa Barat pak Ridwan Kamil.
Track Record beliau telah menunjukkan Reputasinya yang baik, Kualitas, Kredibilitas, Kapabilitas, dan Kapasitas beliau tak bisa diragukan lagi.
Bandung Juara adalah buktinya. Juara PON berturut-turut adalah new record, satu-satunya provinsi yang bisa juara PON 2x berturut-turut sejak PON diadakan diluar DKI.
Prestasi itu bukan sesuatu yang mudah, DKI dengan dana melimpah misalnya, dengan fasilitas negara yang berkelas internasional dll, tentu bukan lawan yang mudah untuk dikalahkan.
Tapi dengan segala keterbatasan, Jabar bisa membuktikan meraih prestasi juara PON berturut-turut, juara diluar kandang, dst. Itu tak lepas dari kepemimpinan seorang Gubernur Ridwan Kamil.
Semua bidang dipaju/dibangun karena pembangunan yang baik tentu adalah pembangunan yang multidimensi, bisa menyentuh semua sisi/aspek kehidupan. Jiwa raga, lahir dan bathin.
Bangunlah badannya
Bangunlah badannya
Prakata Penting
Indonesia bukan milik golongan, bukan milik satu etnis, satu entitas, melainkan milik semua anak bangsa. Semua anak bangsa harus merasakan keadilan, kemajuan, kesejahteraan, kebahagiaan, kesetaraan, dst.
Yuk kita dukung pemimpin juara, supaya kita juga menjadi bangsa dan rakyat yang juara. Aamiin.
Kata kang Emil, Good data good decision. Bad data bad decision. No data no decision. Itulah arti pentingnya data, ilmu dan informasi.
Bisa memajukan Bandung adalah prestasinya, bisa memajukan Jawa Barat adalah perjuangannya. Apalagi jika bisa berderma untuk seluruh Indonesia adalah kebahagiaan baginya.
Membangun Jabar itu penting, sama juga pentingnya membangun seluruh Indonesia.
Menjuarakan Jabar adalah kebaikan. Menjuarakan Indonesia adalah kesempurnaan.
#Jokowi
#RidwanKamil
#RumahKerjaRelawan1ndonesia
#RKR1 2024
Budaya Literasi, banyak membaca, menyerap informasi yang BAL (benar, akurat, lengkap), budaya menulis, dst. Bangsa maju bangsa yang mau membaca dan menghargai ilmu.
Saat ini, budaya baca di Jabar sama halnya Indonesia, masih rendah.
Menurut survei Central Connecticut State University mengenai Most Literate Nations in the World, Indonesia menempati peringkat ke-60 dari total 61 negara, persis di bawah Thailand dan di atas Botswana.
UNESCO juga pernah mengungkapkan bahwa persentase minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,01 persen. Artinya dari 10.000 orang Indonesia, hanya satu orang yang senang membaca.
0 Komentar